Menko Perekonomian: Kuartal II-2020, Ekonomi RI Masuk Zona Negatif

Ketua Umum Partai Golkar yang juga mantan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meninggalkan Kompleks Istana Kepresidenan di Jakarta, Senin (21/10/2019). (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

IDTODAY.CO – Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengomentari ambruknya perekonomian global akibat wabah Corona yang juga berakibat pada perekonomian Indonesia.

Pasalnya, sampai saat ini belum ada satupun negara yang mampu menemukan vaksin dan bisa memastikan Kapan wabah ganas tersebut dapat dikendalikan.

Airlangga Hartarto menegaskan hal tersebut dalam suatu webinar yang diselenggarakan pada (26/6/2030). “Kalau kita lihat perkembangan perekonomian dunia memang uncertainty-nya masih tinggi karena tidak ada satu negara pun yang bisa memastikan kapan ini akan berakhir dan kapan vaksin ditemukan,” ucap Airlangga sebagaimana dikutip dari Detik.com (27/6/2020).

Bahkan, untuk Indonesia sendiri, ia memprediksi pada kuartal II-2020 ekonomi akan tumbuh minus dan dikhawatirkan masuk zona resesi.

“Kalau kita lihat di berbagai negara memang di kuartal I-2020 masih positif termasuk Indonesia, tapi di kuartal II-2020 diperkirakan kita juga sudah masuk zona negatif. Diperkirakan kalau di kuartal II-2020 karena kemarin PSBB ini kita sudah masuk dalam zona resesi juga,” urainya.

Baca Juga:  Program Asimilasi Tuai Kritik, Yasonna: Pembebasan Napi, Langkah Terbaik Putus Penyebaran Corona Di Lapas

Menurut Airlangga sebagaimana dikutip dari International Monetary Fund/IMF terkait proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang akan minus 4,9% sepanjang tahun 2020. World Bank punya prediksi yang jauh lebih rendah yaitu turun hingga 5,2%.

Namun demikian, Airlangga memprediksi puncak krisis sudah terjadi sejak akhir Maret hingga awal April kemarin. Erlangga mengklaim, saat ini harapan mulai kembali terlihat sejak dimulainya era new normal di berbagai negara.

“Ini yang disadari seluruh negara termasuk ASEAN bahwa lockdown itu berakibat pada berhentinya kegiatan ekonomi, meningkatnya pengangguran dan meningkatnya kemiskinan. Ini sudah jadi konsensus global bahwa ini harus dikurangi atau dihentikan. Tentu kita menghentikan penyakit tapi di lain pihak menghentikan terjadinya PHK,” ungkapnya.[brz/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan