Sri Mulyani Mau Utang Lagi ke Bank Dunia, Jumlahnya 3X Lebih Banyak

Menkeu Sri Mulyani Indrawati. Ilustrasi (Foto: Ricardo/JPNN.com)

IDTODAY.CO – Menkeu, Sri Mulyani menjadi juru pemerintah semester I-2020 untuk menarik pinjaman program dari lembaga multilateral. Tak tanggung-tanggung nilainya mencapai USD1,8 miliar atau sekitar Rp26,1 triliun (kurs Rp14.500 per USD).  

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Luky Alfirman, menjelaskan jumlah tersebut merupakan total pinjaman dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), Kreditanstaltür Wiederaufbau (KfW), Agence Francaise de Developpement (AFD), dan dari Japan International Cooperation Agency (JICA).

Baca Juga:  13.800 Anak Buah Sri Mulyani Belum Setor LHKPN, KPK Beri Waktu hingga 31 Maret

“Di Semester I, ditarik dari Bank Dunia, ADB, KfW, AFB, dan dari JICA. Tapi WB dan ADB seperti biasa ada beberapa paket. Jadi bukan berarti WB sudah habis, dan enggak ada lagi semester II, bukan berarti semester I ADB, tidak ada lagi semester II, ”jelas Luky di Jakarta, sebagaimana dikutip dari Wartaekonomi.co.id (25/7/2020).

Adapun rincian pinjaman dari Bank Dunia sebesar USD300 juta, ADB USD500 juta, sementara KfW 500 juta euro. Sementara dari AFD 100 juta euro, dan JICA 31,8 miliar yen.

Baca Juga:  Pemerintah Akan Berutang Lagi Rp 990,1 triliun Melalui Surat Berharga Negara Untuk Tutup Defisit APBN

“Dengan kebutuhan dana dari lembaga multilateral yang sudah terpenuhi USD1,8 miliar maka pemerintah masih akan menarik sekitar USD5,5 miliar (setara Rp79 triliun),” terangnya.

Luky mencontohkan salah satu pengelolaan risiko yang dilakukan Kemenkeu adalah dengan mengganti jenis uang dengan masa jatuh tempo pembayaran. “Silakan melakukan negosiasi dengan pemberi pinjaman untuk dapat membayar dengan nilai tukar yang saat ini sedang murah”, jelas Luky.

Baca Juga:  Sri Mulyani: Jangan Pernah Lelah Mencintai Indonesia

“Ini salah satu contoh yang bisa kita lakukan dalam mengelola risiko. Misalnya ada hutang, kita ke ADB karena saat ini Euro dan Yen sedang murah. Kemudian kita konversikan, kita negosiasikan dengan lembaga mitra kita, ADB (Bank Pembangunan Asia), akhirnya kita bisa konversikan, ”pungkasnya.[wartaekonomi/brz/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan