WAW Inilah Anggaran Negara Indonesia untuk Pemulihan Ekonomi, Berapa? Yuk Intip

Menteri Keuangan, Sri Mulyani. /Instagram.com/smindrawati

IDTODAY.CO – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN) kembali berubah, kali ini angkanya mencapai Rp 699,43 triliun atau meningkat 20,6% jika dibandingkan realisasi tahun sebelumnya yang mencapai Rp 579,8 triliun.

Awalnya, anggaran PEN ditetapkan sebesar Rp 372,3 triliun pada tahun 2021. Anggaran tersebut disalurkan ke beberapa klaster seperti kesehatan, perlindungan sosial, dukungan untuk UMKM dan pembiayaan korporasi, insentif usaha dan pajak, serta program prioritas.

“Nah kalau dilihat di tahun 2021, desain PEN agak mengalami modifikasi, kesehatan melonjak tinggi sebab tim kesehatan pusat, daerah, dan antar kementerian memiliki program 3T dan vaksinasi yang membutuhkan luar biaya besar,” kata Sri Mulyani dalam video conference APBN KiTa, Selasa (23/2/2021).

Jika dilihat, klaster kesehatan anggarannya mencapai Rp 176,30 triliun atau naik 178%. Klaster perlindungan sosial sebesar Rp 157,41 triliun atau turun 28,6%. Klaster dukungan untuk UMKM dan pembiayaan korporasi Rp 186,81 triliun atau naik 7,9%. Klaster insentif usaha dan pajak sebesar Rp 53,9 triliun atau turun 3,9%, dan klaster program prioritas sebesar Rp 125,1 triliun atau naik 87,8%.

Baca Juga:  Kecam Sri Mulyani, DPRD Jakarta: Menkeu Sebar Hoaks Terkait Dana Bansos

Baca Juga: Siap-siap Ini Daftar Cuti Libur yang Dipangkas

Jika ditilik lebih dalam lagi, anggaran Rp 176,30 triliun untuk klaster kesehatan akan dimanfaatkan untuk diagnostik seperti testing dan tracing yang anggarannya Rp 9,91 triliun. biaya perawatan sebesar Rp 61,94 triliun, program vaksinasi Rp 58,18 triliun, insentif pajak kesehatan Rp 18,61 triliun, dan penanganan lainnya Rp 27,67 triliun.

Klaster perlindungan sosial yang sebesar Rp 157,41 triliun akan dimanfaatkan untuk program keluarga harapan (PKH) sebesar Rp 28,71 triliun, kartu sembako Rp 45,12 triliun, bantuan sosial tunai (BST) Rp 12 triliun, program kartu prakerja Rp 20 triliun, BLT dana desa Rp 14,4 triliun, dan perlindungan sosial lainnya Rp 37,18 triliun.

Klaster dukungan UMKM dan pembiayaan korporasi yang sebesar Rp 186,81 triliun akan dimanfaatkan untuk subsidi bunga UMKM Rp 31,95 triliun, BPUM Rp 17,34 triliun, subsidi IJP Rp 8,51 triliun, PMN kepada BUMN, LPEI, dan LPI Rp 58,76 triliun, penempatan dana Rp 66,99 triliun, dan dukungan lainnya Rp 3,27 triliun.

Klaster insentif usaha yang sebesar Rp 53,86 triliun akan dimanfaatkan untuk PPh pasal 21 Rp 5,78 triliun, pembebasan PPh 22 impor Rp 13,08 triliun, pengurangan angsuran PPh 25 Rp 19,71 triliun, PPnBM ditanggung pemerintah (DTP) untuk kendaraan bermotor Rp 2,99 triliun, dan insentif lainnya Rp 12,3 triliun.

Baca Juga:  KPK Dalami Kesepakatan Pemberian Uang Periksa Pajak yang Melibatkan Anak Buah Sri Mulyani

Klaster program prioritas sebesar Rp 125,06 triliun akan dimanfaatkan untuk program padat karya K/L Rp 27,33 triliun, ketahanan pangan Rp 47,1 triliun, kawasan industri Rp 11,22 triliun, pinjaman daerah Rp 10 triliun, ICT sebesar Rp 16,65 triliun, pariwisata Rp 8,66 triliun, dan prioritas lainnya Rp 4,11 triliun.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini berharap anggaran pemulihan ekonomi nasional dapat mengakselerasi perekonomian nasional dan berdampak positif bagi seluruh masyarakat khususnya dari kelompok tidak mampu.

“Kita berharap di kuartal II, maka beban terhadap APBN bisa mulai dibagi kepada sektor yang muliah pulih dan daerah yang mulai pulih dari COVID-19,” ungkapnya.

Baca Juga: Pendaftaran Dibuka, Kuota Kartu Prakerja Gelombang 12 untuk 600.000 Orang

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan