IDTODAY.CO – Keutuhan uni Eropa sedang diuji seiring semakin “gilanya” penyebaran virus Corona di benua Biru tersebut. kekacauan informasi yang sengaja dihembuskan oleh pihak tertentu berpotensi membuat kepercayaan publik dan negara-negara anggotanya terhadap uni Eropa menurun drastis.

China dan Rusia dituding sebagai tokoh antagonis yang dituding dalam memberikan informasi terkait penyebaran virus Corona. Departemen Kehakiman Amerika Serikat yang mentengarai sekenario negatif tersebut.

John Damers menilai China sedang berupaya mengambil keuntungan dari kondisi darurat yang tengah akibat wabah di Eropa. mereka akan mempromosikan gaya hidup dan sistem politik dan ekonomi mereka untuk menggantikan sistem demokrasi liberal barat yang nantinya akan digambarkan gagal dalam membasmi penyebaran virus Corona.

“Apakah kami mulai melihat di media sosial beberapa disinformasi China tentang virus corona? Jawabannya adalah ya. Siapa yang melakukannya dan dari mana asalnya, kita akan melihat seperti apa hasilnya nanti dan seberapa jauh upaya ini terorganisasi,” terang Kepala Divisi Keamanan Nasional Departemen Kehakiman AS itu.

Demers menduga dua negara “musuh bebuyutan” Amerika tersebut sedang melakukan kampanye kelemahan Uni Eropa, NATO, dan demokrasi Barat, dengan cara yang paralel lewat upaya Kremlin untuk ikut campur dalam Pilpres AS 2016.

Baca Juga:  Apresiasi Penolakan TKA China, DPR: Alasan MUI Sangat Rasional Dan Tidak Ada Unsur Politik

“Di dalam Uni Eropa, cara ini dapat memperparah perpecahan di antara beberapa negara Eropa selatan yang paling terpengaruh sejauh ini oleh (wabah) virus corona, seperti Italia dan Spanyol, dan Uni Eropa sebagai entitas,” kata Demers dalam wawancara  yang dikutip dari The Straits Times.

Namun demikian, Damers tidak sepenuhnya menilai salah semua informasi yang disampaikan oleh Rusia-China tersebut. Akan tetapi, Dia memastikan bahwa terjadi kekaburan informasi dengan menggabungkan antara informasi valid dan rekayasa atau bahkan mark up dibeberapa bagian yang disampaikan. “Sebagai contoh, pejabat Departemen Luar Negeri China menyebut virus (corona) itu berasal dari laboratorium militer AS adalah informasi yang salah. Tetapi itu bukan sesuatu yang akan kami proses secara (hukum) kriminal,” tegas  Demers. [brz]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan