Berlakukan Lockdown, Kekacauan Melanda Seluruh Wilayah India

Masyarakat India memadati toko-toko swalayan dan apotek di hari pertama penerapan lockdown untuk memerangi wabah virus corona, Rabu (25/3). (Foto: Reuter)

IDTODAY.CO – Setiap kebijakan pasti ada konsekuensinya. Begitu juga dengan kebijakan lockdown yang diambil oleh pemerintah India pada hari Rabu kemarin telah menimbulkan dampak yang sangat kacau. Terlihat masyarakat India, terutama di perkotaan terlihat memadati sejumlah swalayan dan apotek.

 Kota-kota besar seperti New Delhi, Mumbai, dan Bengaluru merupakan kota yang paling ramai dengan kerumunan antrian itu.

Saat ini, di India sudah ada 536 kasus COVID-19 dan 10 orang meninggal dunia. Karena itu, Perdana Menteri Narendra Modi dan para pakar kesehatan mengambil langkah lockdown dalam pencegahan virus tersebut. Demi menyelamatkan sekitar 1,3 miliar orang di negara itu bisa

tidak hanya antrian manusia, India juga terjadi antrian  truk pengangkut susu, buah-buahan, dan sayuran mengular di jalan tol akibat penutupan perbatasan.  Akan tetapi, Modi menyebut bahwa pelayanan vital di seluruh wilayah negaranya masih akan berjalan normal.

Kekacauan juga terjadi pada layanan belanja daring perusahaan dagang elektronik Flipkart telah menangguhkan pelayanan, itu juga dengan layanan milik Amazon India juga tidak lagi tersedia di beberapa kota.

Baca Juga:  Kota Pasuruan Pakai Aplikasi Kampung Tangguh 4.0 untuk Tekan COVID-19

Kejadian semerawut tersebut dikonfirmasi oleh Anthony Thomas, pegawai di toko daring yang biasanya mendistribusikan 150 liter susu ke seluruh wilayah New Delhi, saat ini hanya bekerja dari rumah.

“Belum ada informasi mengenai pasokan untuk besok,” Ucap Thomas sebagaimana dikutip dari Jpnn.com (25/3/2020).

Modi menyatakan, karantina pada semua wilayah India untuk memutus penyebaran virus Corona agar tidak menjangkit kota-kota kecil yang ada di negara itu.

“Setiap distrik, setiap jalanan, setiap desa, semua akan ditutup,” urai Modi,

India juga memberlakukan larangan keluar rumah dan bekerja dari rumah dalam jangka waktu 3 pekan ke depan. Sedangkan untuk fasilitas rumah sakit yang tersedia sangat tidak memadai, hanya 0,5 untuk setiap 1.000 orang. Jumlah tersebut tentu sangat tidak sebanding antara rasio penduduk dengan rumah sakit yang ada. (jpnn/br)

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan