IDTODAY.CO – Kementerian Pertahanan Rusia menjelaskan bahwa Sukhoi Su-35 Flanker-E telah menjadi pesawat tempur superioritas udara Rusia sejak memasuki layanan pada 2014 silam. Su-35S Flanker-E+ juga merupakan tipe paling canggih dari keluarga Flanker. Jet tempur itu mulai dikembangkan pada 2003 dan prototipe pertama diluncurkan pada 2007, sementara produksi dimulai pada 2009.

TASS melaporkan.  Kementerian tersebut mengaku telah menerima tiga jet tempur Flanker-E+ terakhir, yang merupakan bagian dari kontrak lima tahun untuk lima puluh pesawat canggih,

“Spesialis dari kantor militer ke-485 Kementerian Pertahanan Rusia menerima tiga jet tempur multiperan Su-35S dari generasi 4++. Pesawat-pesawat itu telah dipindahkan dari pabrik di Komsomolsk-on-Amur (di Timur Jauh Rusia) ke pangkalan permanen Pasukan Dirgantara Rusia,” menurut kementerian itu, yang dikutip The National Interest (28/11).

Pengiriman itu menyelesaikan kontrak tersebut, di mana Pasukan Dirgantara Rusia telah menerima total 50 jet tempur Su-35S. Dua dari jet itu akan dikirim ke pelatihan dan pusat uji coba Kementerian Pertahanan Rusia di kota Lipetsk Rusia Tengah, sementara yang ketiga akan melanjutkan layanannya di resimen angkatan udara di Komsomolsk-on-Amur.

Jet tempur Su-35S adalah turunan “generasi empat plus plus” (4++) dari pesawat Su-27 yang telah mendapat banyak upgrade. Ini adalah jet tempur multiguna bermanuver super yang dikembangkan berdasarkan teknologi generasi kelima. Dengan demikian, pesawat tempur tersebut melampaui generasi sebelumnya.

 The National Interest mengatakan, perbedaan tersebut sangat mencolok dikarenakan adanya rangkaian avioniknya yang di-upgrade, dan mencakup sistem kontrol informasi canggih, radar baru, dan mesin pengapian plasma yang mampu meningkatkan kapasitas dan vektor dorong.

Sebagai pesawat tempur multiperan, Su-35S dapat digunakan dalam berbagai misi dan mampu menyerang target darat dan laut, termasuk fasilitas infrastruktur yang dilindungi oleh sistem pertahanan udara serta yang terletak pada jarak yang cukup jauh dari lapangan terbang dalam negeri.

Jet tempur itu dapat mengerahkan rudal udara-ke-udara hingga jangkauan 300 kilometer (190 mil), dan juga dapat dipersenjatai dengan rudal jelajah anti-kapal Oniks, serta berbagai persenjataan udara-ke-darat. Pesawat ini dapat membawa muatan senjata hingga delapan ton (misil dan bom dari berbagai jenis) pada dua belas hardpoint di bawah sayapnya, sementara persenjataan lain dari jet tempur tersebut termasuk meriam pesawat 30mm.

Kelebihan Su-35S yang berbobot 19 ton, memiliki ketinggian terbang 20.000 meter, dapat mengembangkan kecepatan maksimum 2.500 km/jam dan memiliki satu awak pilot.

Lebih lanjut, mereka menjelaskan, Su-35S pada awalnya dirancang untuk ekspor, tetapi Angkatan Udara Rusia kemudian menjadi pelanggan pertama pada 2009.

Terkait hal tersebut, baik Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAAF) dan Angkatan Udara Indonesia telah memesan jet itu.

Perjanjian Rusia-China juga mencakup peralatan pendukung dan mesin cadangan, dengan kontrak akan dilaksanakan sepenuhnya pada akhir tahun ini.

China sendiri telah menerima pengiriman awal sejumlah empat pesawat pada 2016 dan diikuti oleh sepuluh lainnya pada 2017, sebagai bagian dari kontrak untuk 24 pesawat yang menurut laporan Jane bernilai US$2,5 miliar.

Terkait hal tersebut, Amerika Serikat kebakaran jenggot dan langsung menjatuhkan sanksi kepada negara Asia itu karena melanggar Undang-Undang Penentang Lawan Amerika Melalui Sanksi (CAATSA), yang dimandatkan oleh Kongres AS. Meskipun demikian, Su-34 secara resmi memasuki layanan Angkatan Udara China pada April 2018.[

 China Dapatkan Su-35S Flanker Rusia, Amerika Serikat Kebakaran Jenggot

Kementerian Pertahanan Rusia menjelaskan bahwa Sukhoi Su-35 Flanker-E telah menjadi pesawat tempur superioritas udara Rusia sejak memasuki layanan pada 2014 silam. Su-35S Flanker-E+ juga merupakan tipe paling canggih dari keluarga Flanker. Jet tempur itu mulai dikembangkan pada 2003 dan prototipe pertama diluncurkan pada 2007, sementara produksi dimulai pada 2009.

TASS melaporkan.  Kementerian tersebut mengaku telah menerima tiga jet tempur Flanker-E+ terakhir, yang merupakan bagian dari kontrak lima tahun untuk lima puluh pesawat canggih,

“Spesialis dari kantor militer ke-485 Kementerian Pertahanan Rusia menerima tiga jet tempur multiperan Su-35S dari generasi 4++. Pesawat-pesawat itu telah dipindahkan dari pabrik di Komsomolsk-on-Amur (di Timur Jauh Rusia) ke pangkalan permanen Pasukan Dirgantara Rusia,” menurut kementerian itu, yang dikutip The National Interest (28/11).

Pengiriman itu menyelesaikan kontrak tersebut, di mana Pasukan Dirgantara Rusia telah menerima total 50 jet tempur Su-35S. Dua dari jet itu akan dikirim ke pelatihan dan pusat uji coba Kementerian Pertahanan Rusia di kota Lipetsk Rusia Tengah, sementara yang ketiga akan melanjutkan layanannya di resimen angkatan udara di Komsomolsk-on-Amur.

Jet tempur Su-35S adalah turunan “generasi empat plus plus” (4++) dari pesawat Su-27 yang telah mendapat banyak upgrade. Ini adalah jet tempur multiguna bermanuver super yang dikembangkan berdasarkan teknologi generasi kelima. Dengan demikian, pesawat tempur tersebut melampaui generasi sebelumnya.

 The National Interest mengatakan, perbedaan tersebut sangat mencolok dikarenakan adanya rangkaian avioniknya yang di-upgrade, dan mencakup sistem kontrol informasi canggih, radar baru, dan mesin pengapian plasma yang mampu meningkatkan kapasitas dan vektor dorong.

Sebagai pesawat tempur multiperan, Su-35S dapat digunakan dalam berbagai misi dan mampu menyerang target darat dan laut, termasuk fasilitas infrastruktur yang dilindungi oleh sistem pertahanan udara serta yang terletak pada jarak yang cukup jauh dari lapangan terbang dalam negeri.

Baca Juga:  Jenderal Rusia Tidak Lagi Tertarik Ikut Perlombaan Senjata dengan AS

Jet tempur itu dapat mengerahkan rudal udara-ke-udara hingga jangkauan 300 kilometer (190 mil), dan juga dapat dipersenjatai dengan rudal jelajah anti-kapal Oniks, serta berbagai persenjataan udara-ke-darat. Pesawat ini dapat membawa muatan senjata hingga delapan ton (misil dan bom dari berbagai jenis) pada dua belas hardpoint di bawah sayapnya, sementara persenjataan lain dari jet tempur tersebut termasuk meriam pesawat 30mm.

Kelebihan Su-35S yang berbobot 19 ton, memiliki ketinggian terbang 20.000 meter, dapat mengembangkan kecepatan maksimum 2.500 km/jam dan memiliki satu awak pilot.

Lebih lanjut, mereka menjelaskan, Su-35S pada awalnya dirancang untuk ekspor, tetapi Angkatan Udara Rusia kemudian menjadi pelanggan pertama pada 2009.

Terkait hal tersebut, baik Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAAF) dan Angkatan Udara Indonesia telah memesan jet itu.

Perjanjian Rusia-China juga mencakup peralatan pendukung dan mesin cadangan, dengan kontrak akan dilaksanakan sepenuhnya pada akhir tahun ini.

China sendiri telah menerima pengiriman awal sejumlah empat pesawat pada 2016 dan diikuti oleh sepuluh lainnya pada 2017, sebagai bagian dari kontrak untuk 24 pesawat yang menurut laporan Jane bernilai US$2,5 miliar.

Terkait hal tersebut, Amerika Serikat kebakaran jenggot dan langsung menjatuhkan sanksi kepada negara Asia itu karena melanggar Undang-Undang Penentang Lawan Amerika Melalui Sanksi (CAATSA), yang dimandatkan oleh Kongres AS. Meskipun demikian, Su-34 secara resmi memasuki layanan Angkatan Udara China pada April 2018.[The National Interest/brz/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan