IDTODAY.CO – Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin mengatakan bahwa Pemerintahan Prancis melancarkan operasi untuk menetapkan apa yang mereka sebut ekstremisme agama yang mengatur 76 masjid diduga sekolah separatisme.

“Dalam beberapa hari ke depan sejumlah tempat ibadah akan diberlakukan. Jika kecurigaan terhadap mereka terbukti maka saya akan meminta mereka ditutup.” Katanya kemarin mencuit wawancara dirinya dengan radio RTL, sebagaimana dikutip dari Merdeka.com (4/12).

Darmanin juga merefleksikan 66 migran tanpa dokumen yang diduga teradikalisasi sudah dideportasi. Sebagaimana dikutip dari laman Aljazeera, Jumat (4/12)

Pemerintahan Presiden Emmanuel Macron merespons sejumlah serangan mematikan belakangan ini dengan tindakan keras. Darmanin menyebut kelompok ekstremis itu “musuh dalam selimut”.

Darmanin menyebut 76 dari 2.600 masjid di Prancis yang dianggap telah menjadi ancaman bagi keamanan dan nilai-nilai Republik Prancis.

“Ada sejumlah wilayah di sekitar tempat ibadah yang jelas-jelas anti-Republik dan para imam di sana menyampaikan ceramah yang bertentangan dengan nilai-nilai kita,” kata dia

Baca Juga:  Soal Penistaan Agama di Prancis, PM Kanada: Kebebasan Bicara Ada Batasannya

Langkah yang diambil pemerintah Prancis ini menyusul dua gempa yang mengguncang insiden seantero negeri seorang guru sejarah tewas karena menunjukkan setelah kartun Nabi Muhammad di kelasnya dan tragedi penikaman tiga orang di sebuah gerja di Nice.

Darmanin mengatakan dalam sebuah catatan yang berhasil dikirimkan ke kepala keamanan menyebut 16 alamat di wilayah Paris dan 60 lagi di lokasi lain di Prancis. Sayangnya,  tidak mengungkap tempat ibadah mana saja yang akan ditindak.

“Hanya sebagian kecil dari 2.600 masjid di Prancis yang diduga kuat menerapkan ide radikalisme maka kita masih jauh dari situasi merajalelanya radikalisasi”. ungkapnya

“Hampir semua muslim di Prancis menghormati hukum Republik dan merasa tersakiti dengan kejadian (serangan) itu,” pungkasnya.[merdeka/brz/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan