Cerita BNPB Trauma Tim Saat Kumpulkan Data Corona

Kepala Pusat Pengendalian Operasi BNPB, Bambang Surya Putra (Dok. Istimewa)

IDTODAY.CO – Tim gugus tugas sempat mengalami trauma akibat pro dan kontra bocornya data pasien kasus pertama Corona di Depok. Hal inilah yang menyebabkan pihaknya harus berupaya keras untuk menjaga kerahasiaan data. Hal ini disampaikan oleh Kepala Pusat Pengendalian Operasi BNPB, Bambang Surya Putra melalui siaran langsung dari kanal YouTube BNPB, Rabu (13/5/2020).

“Kasus pertama di Depok ini kan terjadi pro dan kontra di berbagai media dan itu mengakibatkan trauma kesehatan dan trauma tim lain yang akan mengumpulkan data dan yang mengumpulkan data akan mendapatkan ‘ini rahasia ya’, untuk kemudian bisa mendapatkan data butuh effort,” ujar Kepala Pusat Pengendalian Operasi BNPB, Bambang Surya Putra. Seperti dikutip dari detik.com (13/05/2020).

Baca Juga:  Tegur keras Kepala Dinsos, Gubernur Babel Anggap SARA penerima Bantuan BAZNAS harus Islam

Bambang juga menyampaikan bahwa pihaknya mengalami kesulitan dalam menyampaikan kepada masyarakat di daerah. Hal itu terjadi lantaran saat itu belum adanya standar prosedur untuk melapor kasus terkait Corona.

“Kemudian berikutnya adalah bagaimana kita bisa mendapatkan informasi ini secara masif dari seluruh daerah karena pada saat itu belum serta-merta langsung terbentuk jaringan komunikasi, belum terbentuk sebuah SOP (standar operasional prosedur) yang tepat untuk kemudian Anda harus melapor dengan misalnya dari rumah sakit, ke dinas kabupaten, ke provinsi, ke nasional kemudian saring datanya juga belum terbentuk dengan cukup mapan pada saat itu,” katanya.

Baca Juga:  Beredar Surat, Kemenkes Liburkan Uji Spesimen Corona Di Lab BBTKLPP Jakarta 21-26 Mei

Selain itu, Bambang meyakini pihaknya melewati beberapa proses untuk menyesuaikan alur jaringan komunikasi antar-lembaga. Namun ia mengklaim saat ini, kesesuaian informasi sudah terpadu dalam satu sistem gagasan bersatu dalam COVID-19.

“Struktur di pemerintahan kita kan ada otonomi daerah, pemerintah pusat itu. Kemudian jangkauan Kementerian Kesehatan itu tentunya jaringan komunikasi sampai ke provinsi, kabupaten, kota itu sebenarnya tidak mereport kepada Kementerian kesehatan. Dengan kondisi seperti ini, tentunya harus ada penyesuaian-penyesuaian untuk itu kemudian yang saat ini kita lakukan adalah dengan membuat bersatu lawan COVID-19 bagaimana semua informasi ini jadi satu,” katanya.[Aks]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan