Curhat Perawat: Kita Dipaksa Pasang Badan, tapi Alat Pelindung Tidak Memadai

Petugas medis menyiapkan ruang isolasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Meutia, Aceh Utara, Aceh. (ANTARA FOTO)

Seorang perawat di rumah sakit plat merah yang menerima rujukan Covid-19 di bilangan Jakarta Selatan, Amel (25) menyadari bahwa profesinya paling rentan tertular virus corona atau Covid-19.

Amel mengakui takut tertular virus corona yang hingga kini belum ada obat penawarnya itu. Namun, dia mengimani bahwa urusan sakit, rezeki dan kematian merupakan kehendak Tuhan.

“Kalau saya pribadi jujur takut ketularan, tapi semua kan lillahi ta’ala. Toh sebelum adanya virus ini kan udah banyak virus-virus yang lain yang udah sering saya temui. Selama kerja sesuai SOP (standar operasional prosedur) dan jaga diri, insya Allah sih selalu dilindungi sama Allah,” tutur Amel kepada AKURAT.CO, Jumat (20/3/2020).
Amel mengatakan, kesiapan rumah sakit tempat dia bekerja dalam menghadapi pasien Covid-19 awalnya kurang memadai. Khususnya terkait kesiapan alat pelindung diri (APD) untuk tenaga medis.

“perawat yang jaga (pasien Covid-19) hanya pakai APD seadanya, sedih sendiri karena kita dipaksa pasang badan, tapi gak dikasih alat pelindung,” ucap Amel.

Meski begitu, kekinian Amel mengatakan APD untuk tenaga medis sudah memadai. perawat yang menangani pasien Covid-19 harus sesuai dengan SOP yang berlaku.

“Alhamdullillah sih sekarang APD sudah lengkap,” singkatnya.

Amel mengungkapkan bahwa sejawatnya banyak yang ingin berhenti bekerja. Bukan terkait Covid-19, namun karena masalah kesejahteraan.

“Kalau gaji mah emang kurang dari UMR (Upah Minimum Regional) dari sebelum ini juga emang udah banyak yang keluar. Makanya banyak yang pada hijrah ke RS naungan Dinkes Jakarta karena gajinya lebih besar,” tuturnya.[]

Sumber: akurat.co

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan