SUARAHARIAN.COM – Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa negara-negara di dunia saat ini kesulitan dalam mengendalikan  kasus positif Corona (COVID-19). Negara-negara saat ini berusaha untuk menekan angka kematian dan meningkatkan angka kesembuhan. Dua hal ini pula yang diminta oleh Jokowi untuk diupayakan.

“Ini, yang sekarang ini, target dunia itu sekarang bagaimana menekan angka kematian. Yang kedua, bagaimana tingkat kesembuhannya setinggi-tingginya. Dua ini yang sekarang dikejar oleh negara-negara di dunia karena apa, mengendalikan COVID-19-nya, kasus positifnya sangat sulit, penekanannya ada di dua hal itu,” kata Jokowi saat memberikan pengarahan kepada para gubernur mengenai percepatan penyerapan APBD 2020 di Istana Kepresidenan Bogor seperti dalam keterangan tertulis di situs Setkab, Rabu (15/7). Seperti dikutip dari detik.com (15/07/2020).

Baca Juga:  Ribuan Vaksin AstraZeneca Kedaluwarsa, PDIP: Pemda Harus Gerak Cepat Salurkan ke Masyarakat

“Tapi kalau bisa tiga-tiganya, kasus positifnya turun, berarti positivity rate-nya…, persentasenya juga turun, tetapi angka kesembuhan dinaikkan, angka kematian diturunkan serendah-rendahnya. Bukan barang yang gampang, tapi sekali lagi, ini bukan barang yang gampang,” sambung Jokowi.

Jokowi menyebut Indonesia berada pada peringkat bke 5 dengan jumlah penduduk terbanyak. Namun, kalau dilihat dari tingkat penyebaran kasus Corona, Indonesia berada di bawah negara-negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.

Baca Juga:  Desak Pemda Tingkatkan Perekonomian, Mendagri: Kerahkan Seluruh Kemampuan Inovasi dan Kreativitas

“Tadi Amerika (Serikat) 3,4 (juta), Brasil 1,8 (juta), India 906 ribu, Rusia 739 ribu, Peru 326 ribu. Artinya, kita berada pada posisi yang masih bisa kita kendalikan,” ujar dia.

Jokowi kemudian berpesan kepada kepala daerah agar manajemen krisis disiapkan dengan baik. Jokowi juga meminta agar kepala daerah terus berupaya dan tidak lepas kembali.

“Ajak aparat kita di bawah kita, untuk betul-betul bekerja extraordinary, nggak bisa kita dalam situasi seperti ini kita kerja normal-normal, dalam situasi seperti ini kita kerja biasa-biasa, nggak bisa. Percaya saya, nggak bisa. Semuanya harus ganti channel semuanya, nggak bisa kita normal-normal, channel-nya harus ganti semuanya. Dari channel ordinary pindah channel ke extraordinary. Dari channel yang cara kerja bertele-tele, rumit ke cara-cara kerja yang cepat dan sederhana. Semuanya harus diubah seperti itu,” tutur dia.[detik/aks/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan