IDTODAY.CO – Satgas Penanganan Covid-19 menyayangkan adanya klaster demo tolak undang-undang Omnibus Law Cipta kerja. Dari pantauan aksi minggu lalu, ada dua kelompok utama yang melakukan aksi unjuk rasa yakni mahasiswa dan buruh.

Dikutip dari cnbcindonesia (13/10/2020), Juru Bicara sekaligus Ketua Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan dari masa yang diamankan pihak kepolisian di beberapa provinsi, ada 21 demonstran di Sumatera Utara yang reaktif dari 253 orang. Kemudian ada 34 orang demonstran reaktif dari 1192 di DKI Jakarta, 24 orang reaktif dari 650 orang di Jawa Timur, 30 orang reaktif dari 261 di Sulawesi Selatan, 13 orang reaktif dari 39 orang di Jawa Barat, dan 1 orang reaktif dari 95 orang di DI Yogyakarta. Selain itu adapula hasil testing di Jawa Tengah yang masih dalam tahap konfirmasi.

Baca Juga:  Hoaks! Subsidi Pulsa 200.000 dan Kuota dari Kemendikbud Hoaks

“Ini merupakan contoh gunung es, dari hasil pemeriksaan yang contoh kecil, virus ini bisa menyebar dengan cepat dan luas. Angka ini akan meningkat 2-3 minggu ke depan, karena peluang penularan Covid-19 dari demonstran satu ke demonstran lainnya,” kata Wiku, Selasa (13/10/2020).

Sebagai antisipasi adanya aksi lanjutan, Wiku menghimbau agar pihak universitas yang mahasiswanya melakukan kegiatan tersebut untuk melakukan identifikasi dan tes. apbila ditemukan ada mahasiswa yang reaktif, maka dapat segera menelusuri kontak dekatnya dan menyiapkan lokasi untuk mahasiswa yang reaktif.

Baca Juga:  Pengamat Intelijen: Ada Gerakan Ingin Menjatuhkan Jokowi, Gunakan Isu Covid-19 hingga Komunisme

Sedangkan untuk kelompok buruh, Wiku menghimbau agar dibentuk Satgas di tingkat perusahaan. Menurutnya, dengan begitu selanjutnya dapat berkoordinasi dengan pemda setempat untuk screening buruh yang demo, dan dapat dilakukan tracing bagi yang reaktif.

“Kami juga minta TNI dan Polri untuk melakukan tes bagi para anggotanya yang bertugas mengamankan aksi pada minggu lalu. Jika ada yang reaktif segera tracing untuk memastikan kontak terdekat,” kata Wiku.

Kemudian untuk masyarakat yang anggota keluarganya mengikuti demo tersebut supaya diminta memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala. Dengan begitu, dapat dipastikan status kesehatannya.

“Bagi masyarakat yang memilih demo, demo tidak akan kehilangan esensi jika kita damai dan patuh ada protokol kesehatan selama demo. Tetap #jagajarak, #cucitangan atau gunakan hand sanitizer saat demo adalah andil anda dalam pencegahan Covid-19,” ujar Wiku.

Selanjutnya, Wiku menegaskan, di masa pandemi ini masyarakat dituntut untuk kritis dalam setiap tindakan yang akan dilakukan, termasuk dalam kerumunan massa yang besar. Jangan sampai karena berkerumun lalu membawa pulang penyakit dan ancaman kematian pada keluarga.

“Dengan fluktuasi zona risiko, kami meminta daerah transparan dan apa adanya terkait penanganan covid-19 di wilayah masing2,” katanya.[cnbcindonesia/aks/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan