ITDODAY NEWS – Guru Besar Ilmu Politik dan Keamanan Universitas Padjajaran (Unpad) Muradi, mengkritisi pidato Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan melalui video pada Hari Ulang Tahun (HUT) ke-22 Partai Amanat Nasional (PAN), Minggu (23/8/2020).

Muradi mengatakan bahwa Presiden Jokowi menyindir jajaran Kabinet Indonesia Maju dan pihak-pihak yang bermanuver secara kritis terhadap pemerintahannya, termasuk diantaranya kemunculan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).

“Sudah terlalu banyak orang yang menikmati situasi yang enak, dan yang nyaman. Terlalu banyak orang yang sudah lama menikmati zona nyaman, zona nyaman secara ekonomi, zona nyaman karena status, sehingga merasa terusik ketika dilakukan perubahan-perubahan,” kata Presiden beberapa waktu lalu.

Terkait hal tersebut, Muradi bahkan menegaskan Presiden Jokowi sedang mengkritik KAMI karena diisi orang-orang yang berkecimpung pada pemerintahan terdahulu

“Pernyataan tersebut menyindir orang-orang yang kemudian berada dalam posisi nyaman di pemerintahan beliau, termasuk dinamika politik belakangan soal KAMI. Saya kira arah pernyataan beliau juga ke KAMI, karena yang terlibat di situ ada dari elite atau rezim lama,” kata Muradi sebagaimana dikutip dari Beritasatu.com, Minggu (23/8/2020).

Lebih lanjut, Muradi menegaskan bahwa pernyataan Jokowi menyinggung orang-orang yang sudah tidak bisa berkecimpung dalam kekuasaan. Demikian juga pernyataan tersebut menyinggung orang-orang yang berada dalam pemerintahan namun tidak sesuai dengan visi dan misi Jokowi.

Baca Juga:  Sebut Joko Tjandra Tinggal Di Malaysia, MAKI: Hanya Presiden Jokowi Yang Mampu Menangkapnya

 “Jadi sindiran Presiden tersebut mengarah kepada orang-orang yang dulu menikmati kenyamanan dan sekarang malah enggak nyaman, atau sudah lama enggak berkuasa. Kembali lagi kalau saya melihatnya, konteks pernyataan Presiden itu ke dalam dan ke luar pemerintahan,” urai Muradi.

Sementara itu, Muradi menjelaskan, dari sisi dalam pemerintahan, Jokowi sedang mengkritisi kinerja para menteri yang sudah tidak lagi peka terhadap kepentingan publik.

 “Pernyataan Presiden yang ke dalam itu bertujuan untuk menstimulasi kabinet. Saya menganggapnya positif saja apa yang dikatakan Presiden. Tinggal publik melihat sejauh mana pernyataan itu memberi efek positif buat pemerintahan beliau,” ucap Muradi.

Baca Juga:  Kasih Sepeda ke Pemuda di Aceh, Jokowi: Sebutkan Dulu Nama-Nama Ikan

Lebih lanjut, Muradi menjelaskan beberapa faktor yang menjadi penyebab terkait diamnya tokoh-tokoh perubahan.

“Pertama, adanya kenyamanan atas posisi yang diemban. Kedua, berutang budi. Ketiga, kekhawatiran kemungkinan terjadinya perubahan politik, sehingga tidak mendapat sesuatu nantinya. Muradi menyatakan Presiden justru meminta seluruh hal tersebut dihilangkan dari pemikiran para anggota kabinet,” terang Muradi.

“Sebenarnya yang diinginkan Presiden, mereka yang sekarang di dalam pemerintahan, harus membuktikan diri dengan kerja. Nah, ini yang enggak muncul. Katakan dalam penanganan Covid-19, dan justru yang terlihat mereka berada pada posisi pragmatis,” tegas Muradi.[beritasatu/brz/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan