Demi Kemanusiaan Jokowi Harus Kontak Langsung Macron

Presiden Joko Widodo bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) dan Presiden Prancis Emmanuel Macron saat meghadiri KTT-G20 tahun 2018 silam. Foto/Kemensetneg.

IDTODAY.CO – Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Prof Hikmahanto Juwana mengatakan Presiden RI Joko Widodo dapat mendorong Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk meminta maaf kepada umat Muslim se-dunia.

Pasalnya, saat ini Prancis Tengah menjadi “gunjingan” tokoh dari negara-negara Islam di dunia internasional.

“Presiden Jokowi dalam konteks pertemanan dapat menyarankan agar Presiden Macron menarik pernyataannya dan meminta maaf kepada umat Muslim,” kata Hikmahanto melalui pernyataan tertulis, sebagaimana dikutip dari Beritasatu.com (1/11/2020).

Hikmahanto mengatakan bahwa Prancis tengah menjadi perhatian dunia, khususnya dunia Islam pasca peristiwa pemenggalan seorang guru dan pernyataan Presiden Prancis Marcon yang memicu gelombang protes dan kecaman dari masyarakat dan negara Muslim dunia.

Dia juga menyebut peristiwa serangan terbaru di kota Nice, Prancis, semakin menambah rangkaian masalah di Prancis saat ini.

“Dalam konteks ini, Presiden Jokowi yang memiliki kedekatan dengan Presiden Marcon perlu melakukan kontak langsung melalui telepon agar dapat menghentikan rangkaian kekerasan mengerikan di masa datang demi kemanusiaan,” lanjut Hikmahanto.

Baca Juga:  Diungkap Mahfud, Ini Alasan Presiden Jokowi Pilih Jenderal Andika jadi Panglima TNI

Menurut Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani itu, sangat mungkin terjadinya tragedi kemanusiaan di Perancis sebagai akibat kerasnya pendirian Marcon terkait hak berekspresi yang didukung oleh mayoritas penduduk Prancis yang dipertentangkan dengan kecintaan umat Muslim terhadap Nabi Muhammad SAW.

Hikmahanto menegaskan, pemerintah manapun tidak akan mampu untuk membendung tindakan pribadi yang dilakukan oleh warganya terhadap hal yang berbau Prancis.

“Sekali lagi apa yang dilakukan oleh Presiden Jokowi adalah demi kemanusiaan, bukan karena mewakili negara Muslim,” terang Hikmahanto.[beritasatu/brz/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan