IDTODAY.CO – Mantan Sekretaris BUMN, Muhammad Said Didu mengaku melepaskan pendapatan  agar bisa mengkritik kinerja Presiden Jokowi.

Said Didu menjelaskan alasannya ngotot melakukan kritik terhadap presiden Jokowi walaupun harus merelakan jabatannya senilai Rp200 juta sebulan.

Dia melakukan hal tersebut karena tiga alasan, yaitu mengingatkan janji Jokowi yang tidak konsisten, mengingatkan kebijakan yang diambil membahayakan bangsa dan negara dan mengingatkan kebijakan yang diambil tanpa berdasarkan keadilan.

 Refly Harun seorang pakar hukum tata negara berhasil mengorek keterangan mendalam terkait kengototan Said Didu mengkritik Presiden Joko Widodo.

Dalam video wawancara bersama Said Didu, Refly Harun berhasil mengungkap banyak hal termasuk di dalamnya kehidupan ekonomi keluarga Said Didu.

Refly bertanya pada Said Didu terkait cara dia menghidupi keluarga pasca diberhentikan dari jabatan Sekretaris BUMN, mundur dari PNS eselon I, dan tidak lagi menjabat komisaris di perusahaan BUMN.

Baca Juga:  Said Didu: Debat Utang Negara Bukan Untuk Kepentingan Pelaku Debat, Tapi Masa Depan Generasi Muda

“Bagaimana dapur bisa ngebul kalau tidak ada pekerjaan sekarang ini,” tanya Refly Harun sebagaimana dikutip dari Pojoksatu.id (5/4/2020).

Said Didu kemudian menjelaskan alasan kenapa melepaskan semua jabatannya yang gajinya semua Rp200 juta lebih setiap bulan.Katanya, dia ingin menjadi manusia yang merdeka.

“Sebelum saya meninggalkan ini semua, saya salat Magrib sama istri dan anak saya. Saya menyatakan, saya ingin mengambil keputusan yang sangat keras. Saya ingin mundur dari semua jabatan untuk menjadi manusia merdeka. Dan kita kehilangan pendapatan kira-kira di atas Rp200 juta sebulan,” ungkap Said Didu.

Baca Juga:  Ade Armando Tuding Ust Haikal Hassan dan Said Didu Sebagai Kaum Berhati Busuk

Said Didu mengaku keluarganya mendukung semua keputusannya.

“Kebetulan anak saya cuma satu, istri saya bukan perempuan yang hobi belanja. Saya tidak punya hobi yang lain, kecuali main bulutangkis, jogging, tidak suka main golf, jadi pengeluaran saya hampir tidak besar,” tambah Said Didu.

Said Didu mengatakan bisa bertahan hidup dengan merintis usaha kecil-kecilan berupa ternak sapi dan kos-kosan.

“Untuk sekadar hidup, insya Alla cukup. Saya, istri saya sudah punya kos-kosan, ada di Bandung, ada di Bogor, ada di Jakarta. Saya beternak sapi, saya memelihata kebun bunga, saya punya sawah di kampung, sawah di sini,” lanjut Said Didu

“Ya, insya Allah cukup untuk hidup. Jadi kita sudah hitung bahwa insya Allah tidak ada gangguan apa pun dan rela melepaskan lebih dari Rp200 juta sebulan demi perbaikan bangsa dan negara,” ucapnya dengan tegas.

Baca Juga:  Dukungan Terus Mengalir, Ratusan Purnawirawan TNI-Polri Bela Said Didu: Lawan Tirani dan Kesombongan

Said Didu mengaku, satu hal yang paling memberatkannya adalah penjilat penguasa untuk mendapatkan sebuah jabatan. alhasil, Dia berani melepaskan semua jabatan secara sukarela.

“Saya punya prinsip dari dulu, apabila Anda sudah menikmati jabatan, maka artinya Anda sudah membuka pintu jalan sesat,” tegasnya.

Said Didu mengatakan, teman-temannya tidak ada yang berubah walaupun dia tidak lagi menjabat apa-apa.

“Jadi saya tidak pernah menikmati jabatan dan tidak merasa kehilangan apa pun. Dan saya buktikan sekarang, teman-teman saya baik semua, karena yang dikenal adalah Said Didu, bukan karena jabatan,” tandas Said Didu.[brz]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan