IDTODAY.CO – Pernyataan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) untuk menolak politik oligarki sama sekali tidak terbukti. Mereka malah diam ketika praktik oligarki dilakukan dengan terang-terangan oleh presiden Jokowi melalui pencalonan putra sulungnya Gibran rakabuming Raka sebagai calon walikota Solo.

Padahal, ketika mereka pertama kali berdiri pada 2015 silam mengatakan akan menolak dengan keras terhadap semua praktik politik dinasti dari siapapun.

Pernyataan tersebut disampaikan langsung oleh Sekretaris Jenderal PSI, Raja Juli Antoni mewakili suara partainya.

Terkait hal tersebut, Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (SIGMA) Said Salahudin, sangat menyayangkan sikap diksi yang hanya diam am dan terkesan mengumbar omong kosong belaka.

“Kalau begitu ceritanya, maka apa yang dinyatakan PSI itu sekadar bualan belaka,” ujar Said Salahudin sebagaimana dikutip dari Rmol.id (19/7).

Lebih lanjut, Said mengatakan sikap diam PSI terhadap praktik oligarki politik merupakan sebuah bentuk pengakuan dan penghianatan terhadap prinsip dari partai tersebut.

Baca Juga:  Kritik Pedas Gus Yaqut ke PSI: Tidak Perlu Terburu Nafsu dengan Kekuasaan

“Kan diam itu bisa dimaknai setuju. Diam itu kan upaya menyelamatkan diri. Karena kalau ingin menolak dia khawatir kader-kadernya yang duduk di pemerintahan bisa saja di reshuffle,” ucap Said Salahudin.

“Tapi untuk mengatakan menerima dianggap banci, tidak konsisten, karena dulu menolak sekarang menerima. Maka sekarang dia mengambil sikap aman, yaitu dengan diam,” imbuhnya.

Demikian juga, jebolan Hukum Tata Negara Universitas Indonesia ini sangat menyayangkan PSI tidak memanfaatkan momentum penjalu lagi besar untuk menegaskan pada publik bahwa mereka berkomitmen menolak politik dinasti.

“Semestinya PSI jangan melewatkan momentum ini untuk mengatakan itu (menolak bentuk oligarki) kepada publik. Jadi kalau dia (PSI) sekarang diam, dia tidak memanfaatkan momentum itu untuk dipuji oleh publik,” demikian Said Salahudin.[rmol/brz/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan