Diksi ‘Tsaurah’ Dalam Rilis yang Dikeluarkan FPI Jadi Polemik, Slamet Ma’arif Jelaskan Maksudnya

Ketua Umum PA 212, Slamet Maarif di gedung perkantoran Capital Place, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Jumat (12/1/2018). (Foto: Suara.com/Dwi Bowo Rahardjo)

IDTODAY.CO – Ketua DPP FPI, Slamet Maarif, menjelaskan maksud ‘tsauroh’ yang termuat dalam yang dikeluarkan FPI. Ia menambahkan bahwa dalam literatur Arab, diksi ‘tsaurah’ itu bermakna revolusi bukan kudeta.

Menurutnya, mereka yang mengaitkan kepulangan Habib Rizieq Syihab (HRS) dengan persoalan hukum disebut telah gagal paham.

“Nah keliatan lagi dah satu variabel yang akan menghalangi kepulangan IB HRS (Imam Besar Habib Rizieq Syihab) dengan mengaitkan ke persoalan hukum (kudeta). Mereka nggak bisa bedain revolusi dengan kudeta dalam literatur Arab. Padahal ‘tsauroh’=revolusi, ‘inqilaab’=kudeta,” kata Slamet, kepada wartawan, Sabtu (17/10). Seperti dikutip dari detik.com (18/10/2020).

“Jelas-jelas pakai bahasa ‘tsaurah’ masih dibilang kudeta. Gagal faham tuh mereka,” imbuhnya.

Baca Juga:  FPI Soal Kapolri Geram Polisi Dihadang Laskar: Kan Bisa Masuk

Slamet menyebut bahwa  ‘tsaurah’ versi FPI adalah revolusi akhlak yang berarti perubahan cepat dan menyeluruh terhadap pejabat dan rakyat Indonesia berdasar ke akhlak Rasulullah SAW. Perubahan itu tentunya akan dilakukan dengan cara konstitusional dan tidak melanggar HAM.

“Kita ingin ada perubahan cepat dan menyeluruh untuk pejabat dan rakyat Indonesia berdasar akhlak Rasulullah seperti merubah dari perilaku bohong jadi jujur, dari khianat menjadi amanah, dari dibodohi dan dibohongi menjadi perilaku cerdas. Tentunya perubahan itu dilakukan dalam konstitusi dan tidak melanggar HAM,” ujar dia.

Seperti diketahui, Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel mengomentari soal diksi ‘tsaurah’ dalam rilis yang dikeluarkan FPI. Menurutnya,  ‘tsaurah’  bisa berarti kudeta atau revolusi. Dia pun menyayangkan penggunaan diksi tersebut.

“Kami menyayangkan dokumen berbahasa Arab yang dibaca di demo kemarin terutama diksi ‘tsaurah’ yang merupakan terjemahan dari ‘revolusi’ sangat tabu di Arab Saudi. ‘Tsaurah’ bisa bermakna ‘inqilab’ (kudeta), faudha (chaos, kekacauan), intifadhah (pemberontakan), taqatul (peperangan, saling bunuh), idhtirab (gangguan keamanan) dan tamarrud (pemberontakan),” kata Agus kepada detik.com, Jumat (16/10).

“Sangat sensitif jika dibaca oleh publik Arab Saudi. Dan saya yakin Saudi dan umat islam tidak akan rela kota suci Mekkah dipakai untuk meneriakkan ‘tsaurah’ terhadap negara yang syar’iyyah (konstitusional) Republik Indonesia,” ujar Agus.

Baca Juga:  FPI Soal Pencopotan Baliho Habib Rizieq: Allah Akan Membalasnya

Kemudian, Front Pembela Islam (FPI) menepis pernyataan Dubes Agus Maftuh, terkait diksi ‘tsaurah’ yang diartikan sebagai kudeta. FPI mengatakan diksi ‘tsaurah’ yang dimaksud ialah revolusi akhlak.

“Dalam terjemahan bahasa Indonesia yang kita keluarkan bersamaan, ‘tsaurah’ bermakna ‘revolusi’, dikuatkan juga oleh kita bahwa yang dimaksud revolusi adalah revolusi akhlak,” ujar Ketua DPP FPI, Slamet Maarif, kepada wartawan, Jumat (16/10).

FPI memuat diksi tsaurah itu dalam siaran pers dalam tiga bahasa. Siaran pers itu diberi judul ‘Pengumuman dari Kota Suci Makkah tentang Rencana Kepulangan IB-HRS’.

Diksi tsaurah itu ada di halaman kedua siaran pers yang menggunakan bahasa Arab. FPI mengartikan tsaurah itu revolusi.[detik/aks/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan