Lebih lanjut, Chusnul Mariyah meminta para perempuan Indonesia untuk sadar diri dan meningkatkan kemampuannya berpolitik. Namun demikian dirinya menyadari bahwa kesalahan pikir tersebut tidak mutlak datangnya dari para politisi perempuan, namun juga dari proses rekrutmen partai.

“Biasanya kalau perempuan cerdas dikatakan galak, sehingga tidak direkrut. Yang direkrut yang feminim tunduk pada kemauan pimpinan partai dan bandar, makanya yang diambil, istrinya, saudaranya, pacarnya dan orang-orang terdekat,” ujarnya.

Baca Juga:  PN Jakarta Pusat Perintahkan KPU Tunda Pemilu 2024

Hal tersebut berakibat, kata Politisi dari Partai Gelora ini, perempuan menilai politik itu kotor. Meskipun kenyataannya, kuota perempuan di parlemen sudah mencapai 21 persen saat ini.

“Perempuan tetap menganggap politik kotor, tapi dia sendiri tidak mau ikut membersihkan. Inilah problem kita saat ini, nah Partai Gelora sebagai partai baru jangan seperti partai-partai yang sudah ada,” tegasnya.

Baca Juga:  KPU Tetapkan 3 Paslon Jadi Peserta Pilwalkot Samarinda 2020

Diapun meminta politisi perempuan untuk berperan aktif dan berani “bertarung (fight) dan tidak sekadar menjadi follower. Menurutnya, perempuan harus berperan aktif dengan didukung kemampuan komunikasi membaca narasi persoalan bangsa.

“Jadi, perempuan itu harus percaya diri, perempuan masih dipandang sebelah mata, makanya jangan heran kalau partai politik banyak artisnya,” pungkasnya.[rmol/brz/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan