IDTODAY.CO – Di tengah penyebaran Covid-19 yang kian masif di seluruh Indonesia, pemerintah saat ini belum memberlakukan lockdown sebagai upaya yang dilakukan guna menekan penyebaran Covid-19.

Sampai saat ini lockdown belum diberlakukan oleh pemerintah sebagai kebijakan untuk mengantisipasi penyebaran virus Corona di Indonesia.

Padahal, banyak pakar yang menyebut lockdown merupakan opsi ideal untuk memutus penyebaran virus Corona di Indonesia. Diantaranya adalah Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta (ITB-AD), Dr. Mukhaer Pakkanna.

Mukhaer berpendapat lockdown adalah aksi terbaik, tetapi harus sesuai dengan beberapa catatan.

Baca Juga:  Update Corona di Indonesia 8 Juli: Kasus Positif 68.079, Sembuh 31.585, Meninggal 3.359

“Memang ideal jika kebijakan lockdown diberlakukan jika ingin meminimalisir eskalasi wabah Covid-19. Hanya masalahnya, jika itu diberlakukan, apalagi dilakukan secara penuh dan ketat, berarti mobilitas orang antar satu tempat dgn tempat lain akan terbatas. Semua orang akan stay di rumah,” ujar Mukhaer Pakkanna, dalam keterangannya, sebagaimana dikutip dari Monitor.co.id, Sabtu (28/3/2020).

Diantaranya adanya hukum dan petugas yang siap mengawal dan memastikan peraturan tersebut benar-benar terlaksana dengan baik sesuai dengan yang diinginkan pemerintah. Juga harus ada izin yang jelas untuk setiap orang yang akan melakukan perjalanan ke luar dari daerahnya.

Baca Juga:  Per Hari Ini, 5 Provinsi Nihil Tambahan Kasus Corona, Ini Daftarnya

“Harus dihukum. Tentu, aparat dan perangkatnya harus siap. Aransemen kelembagaan dan aturan harus ditata apik. Jika perangkat dan SDM tidak disiapkan, kebijakan lockdown akan mubazir. Apalagi negara kita sejatinya, meminjam term Gurnar Myrdal, yaitu masih diatributkan sebagai negara softstate atau negara lunak,” terang Mukhaer.

Kebijakan pemerintah harus juga memperhatikan kemakmuran masyarakat kecil ketika menerapkan lockdown.

“Bagaimana nasib masyarakat bawah yang tidak jelas kepastian hidupnya? Pekerja informal, pedagang kaki lima, tukang batu, tukang parkir, nelayan miskin, petani penggarap, dan lain-lain? Siapkah negara memproteksi mereka selama masa karantina? Atau mungkin para orang kaya, politisi kaya, kritikus kaya, atau selebriti kaya siap memproteksi kehidupan mereka selama masa karantina? Bagaimana model kebijakan stimulasi dari negara untuk menghidupi mereka yang papah dan termarjinalkan ini?” lanjut Mukhaer..

Baca Juga:  Satgas COVID-19 Ingatkan Bagi Sekolah yang Akan Gelar Pembelajaran Tatap Muka Harus Simulasi-Prasyarat

Kemudian, dia meminta kekompakan elemen bangsa Indonesia untuk kembali pada semboyan gotong royong demi bahu-membahu mensukseskan kebijakan pemerintah terkait wacana lockdown dalam upaya memutus penularan virus covid 19. Dalam kaitanya dengan pemerintah, sudah terdapat pemotongan jadi beberapa anggaran tahun 2020 dan berhasil mengumpulkan dana Rp121,3 triliun plus dana Rp 4 trilliun rupiah dari utang luar negeri. [br]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan