IDTODAY.CO – Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Jimly Asshiddiqie menyebut pidato Imam Besar Front Pembela Islam ( FPI ) Habib Rizieq Shihab penuh kebencian.

“Ini contoh ceramah yang bersifat menantang dan berisi penuh kebencian, permusuhan, yang bagi aparat pasti harus ditindak. Jika dibiarkan provokasinya bisa meluas dan melebar. Hentikan ceramah seperti ini, apalagi atas namakan dakwah yang mesti dengan hikmah dan mau’zhoh hasanah,” kata Jimly lewat akun Twitter, @JimlyAs, Rabu (18/11). Seperti dikutip dari bisnis.com (18/11/2020).

Baca Juga:  FPI Bantah Anggotanya yang Kawal Habib Rizieq Dibekali Senjata Api: Fitnah Besar

Adapun, pidato yang dimaksud adalah ceramah Rizieq yang menyinggung soal penistaan ​​agama. Dalam cuplikan video berdurasi 40 detik tersebut, Rizieq menyinggung soal tragedi berdarah di Prancis yang terkait dengan penghinaan terhadap Islam.

Rizieq menilai, kejadian di Prancis merupakan contoh pembiaran negara penistaan ​​agama. Oleh karena itu, dia meminta setiap penista agama Islam di Indonesia harus berhenti.

“Yang menghina nabi, menghina Islam, menghina ulama, proses, betul? Kalau tidak jangan salahkan umat Islam kalau ditempatkan di jalanan, ”ujar Rizieq dalam cuplikan video tersebut.

Baca Juga:  MK Langkahi DPR Terkait Perpanjangan Masa Jabatan Pimpinan KPK, Demokrat: Tatanan Bernegara di Era Jokowi Kacau

Jimly melanjutkan, era modern merupakan dunia yang kompleks. Kehidupan saat ini membantu spesialis, sehingga setiap orang dapat berbagi fungsi dan peran.

Ulama dalam hal ini, harus memiliki spesialis dan membagi tugasnya. Untuk urusan politik, kenegaraan, dapat diserahkan kepada partai politik atau organisasi politik.

“Sedangkan kualitas akhlak bidang lain jadi fokus dakwah ulama. Ini bukan sekularisme tapi manajemen dakwah, ”ujar Jimly.

Lebih lanjut, Jimly menjelaskan bahwa tugas pemimpin dalam kehidupan bersama adalah memberikan keadilan, menjaga kerukunan, memakmurkan, dan mengawal kebebasasn agar teratur untuk mendorong kreativitas dan inovasi ke arah pencerahan dan kemajuan peradaban.

“Jika tidak, maka tidak diperlukan pemimpin sama sekali,” ungkap Jimly.[bisnis/aks/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan