IDTODAY.CO – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim memberikan jawaban yang cukup mengejutkan atas usulan terkait dimasukkannya etika internet atau tatakrama online ke dalam kurikulum sekolah.

Usulan ini berasal dari Youtuber kakak beradik, Jovial da Lopez dan Andovi da Lopez. Gagasan itu muncul dari pengalaman keduanya mendapat cyber bullying selama bertahun-tahun berkarya di dunia digital.

“Ini (cyber bullying) adalah sesuatu yang kalau kita diemin aja generasi sekarang dan generasi kedepan makin bakal tambah parah,” kata Andovi seperti dijelaskan dalam video yang diunggah ke kanal YouTube skinnyindonesian24 bertajuk “Jawaban Nadiem Makarim” sebagaimana dikutip dari Suara.com (11/6/2020).

“Jadi gua pikirin gimana cara semua anak muda Indonesia bisa teredukasi masalah ini.”kata Jovi.

Baca Juga:  PAN Kritik Soal Belajar Jarak Jauh: Nadiem Cuma Buat Aturan, Tak Pikirkan Fasilitas Siswa

“Kalau kita bikin satu video ini doang kemungkinan yang teredukasi hanya orang yang nonton video ini. Kalau video ini tidak di-share mati di situ,” lanjutnya.

Atas dasar itulah, mereka berdua kemudian mengusulkan dimasukkannya  tata krama online atau etika internet ke kurikulum Indonesia.

“Isi kurikulumnya seperti apa kita enggak tahu secara detil. Tapi kita ada sebuah gagasan kalau harus ada etika internet, etika di era digital yang masuk di kurikulum dan sekolah-sekolah di Indonesia,” ucap Andovi.

Usulan tersebut kepada Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, memberikan jawaban atas usulan Andovi dan Jovi.

Anehnya, Nadiem Makarim juga menceritakan bahwa dirinya juga pernah menjadi korban bullying. Namun, Nadiem mengaku tidak semudah itu memasukkan usul tata krama online ke kurikulum.

Baca Juga:  Hasil Rapat Muhammadiyah Putuskan Tetap Tak Gabung Organisasi Penggerak Kemendikbud

“Apapun masalah dalam negeri ini masukin aja mas menteri di kurikulum, kelar. Sama sekali enggak,” kata Nadiem.

Nadiem Makarim mengatakan bahwa isu bullying dan masalah lain seperti pelecehan seksual serta intoleransi merupakan masalah pelik yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan perubahan kurikulum.

“Kenyataannya aja sekarang yang dimasukkan dalam kurikulum itu aja enggak terserap. Konsep pembelajaran sama internalisasi itu beda sama dimasukkan dalam kurikulum,” kata Nadiem.

Dimasukkan dalam kurikulum adalah langkah pertamanya, kata Nadiem. Masih ada langkah-langkah berikutnya yang rumit, seperti interpretasi guru, proses pedagogi, hingga turun ke murid.

Baca Juga:  Dilantik Jadi Kepsek, Guru di Minahasa Utara Heran karena Sekolahnya Tidak Ada

“Jadi, jelas solusinya bukan masukin aja mas menteri ke kurikulum. Masukin segala macem, climate change segala, asal dimasukin udah kelar begitu, enggak salah total,” tegas Nadiem.

Kemendikbud tersebut menyatakan seperti itu bukan tidak yakin bahwa kurikulum akan memberikan sumbangsih yang signifikan dalam penanganan permasalahan cyber bullying dan isu lainnya.

“Kurikulum bisa membantu dengan cara yang tadi disebut mengenai mengasah critical thinking. Kedua, kurikulum bisa sangat membantu untuk menemukan rasa security dan safety (aman dan nyaman),” ucap Nadiem.

lebih lanjut nadiem Makarim menjelaskan bahwa perkembangan setiap anak berbeda-beda dalam bidang dan fase. Alhasil, memaksakan perubahan kurikulum belum tentu menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi Indonesia.[Brz]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan