IDTODAY.CO – Presiden Joko Widodo mengajak seluruh elemen bangsa agar menjadikan krisis akibat pandemi virus Corona untuk Melakukan lompatan besar. Jokowi mengatakan saat ini merupakan waktu untuk melakukan transformasi besar di segala bidang.

“Inilah saatnya kita membenahi diri secara fundamental, melakukan transformasi besar, menjalankan strategi besar. Strategi besar di bidang ekonomi, hukum, pemerintahan, sosial, kebudayaan, termasuk kesehatan dan pendidikan. Saatnya kita bajak momentum krisis untuk melakukan lompatan-lompatan besar,” kata Jokowi dalam sidang tahunan MPR dan sidang bersama DPR-DPD yang disiarkan saluran YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (14/8).

Baca Juga:  Politisi PBB: Kalau Presiden Jokowi Gak Mau Di-impeach, Ya Mundur Saja

Pernyataan Jokowi tersebut mendapatkan sorotan dari PKS. PKS menilai ‘lompatan besar’ yang diminta Jokowi sulit dilakukan saat ini.

“Pandangan saya, jangankan melompat, berjalan pun kita susah kalau tidak ada perubahan fundamental. Mulai dari line up kabinet, mulai penajaman anggaran. UMKM kita jangankan suruh lari sekarang, siuman dari pingsannya saja berat,” kata Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (14/8). Seperti dikutip dari detik.com (15/08/2020).

Baca Juga:  Anies Baswedan Buka Suara Soal Kepemipinan Jokowi

Mardani menyebutkan, saat ini rakyat tengah menunggu aksi nyata dari pidato Jokowi yang disampaikan hari ini.

“Karena itu, bicara mudah. Aksi yang ditunggu oleh kita semua. Aksi itu jelas, 1, 2, 3 hari ke depan ini apa aksi Pak Jokowi dari pidato yang, dalam tanda kutip, bagus pidatonya,” ujarnya.

Selain itu, Mardani juga menyinggung soal kinerja kabinet yang menurutnya belum tampak sehingga mengundang kemarahan Jokowi. Menurutnya, jika pada kabinet dalam melaksanakan tugas tidak sesuai dengan harapan maka perlu dilakukan perombakan alias reshuffle.

“Saya masih melihat apa yang Pak Jokowi bilang 3 minggu lalu malah belum berubah, ketika banyak yang seperti cuti, dia marah-marah, ketika mengatakan banyak yang tidak extraordinary. Namun, sesudah itu, action-nya apa? Tidak tampak,” tutur Mardani.

“Mesti (harus ada reshuffle). Karena banyak sekali kejadian yang extraordinary tidak kelihatan. Contohnya penyaluran sembako, contohnya pembelajaran jarak jauh, masyarakat makin besar bebannya. Apa kehadiran negara?” ungkapnya.[detik/aks/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan