Kisruh Pilwali Surabaya, Tolak Pernyataan Djarot, Timses MA Serang Balik PDI-P

Ketua DPP PDI-P Djarot Saiful Hidayat.(Foto: KOMPAS.com/ ACHMAD FAIZAL)

IDTODAY.CO – Direktur Komunikasi dan Media Tim Pemenangan Machfud Arifin-Mujiaman, Imam Syafii menanggapi tudingan miring kubu PDIP terhadap Jagoan mereka.

Menurutnya, apa yang dilakukan oleh MA selama ini adalah kerja politik, yang sama sekali berbeda dengan apa yang ditudingkan oleh Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi DPP PDIP, Djarot Syaiful Hidayat.

“Justru kita bertanya, PDIP ini kan partai besar, partai penguasa, partai yang sudah bertahun-tahun gitu kan sudah biasa ditekan-tekan sama pemerintah Orde Baru. Harusnya soliditasnya sangat kuat. Mana mungkin pak MA-mudjiaman, kami bisa melakukan intervensi untuk memecah-belah mereka (PDIP),” urainya sebagaimana dikutip dari Merdeka.com (19/11).

Ia pun menyebut, harusnya Djarot melakukan introspeksi internal sebelum membuat pernyataan itu. Ia juga meminta pada Djarot agar tidak menyalah-nyalahkan pihak lain, atas kondisi rumah tangga partainya.

Baca Juga:  Sindir Apel Siaga Nasdem, Sekjen PDIP: Kami Ini Politiknya Pemberdayaan, Bukan Mobilisasi

“Kita tidak tahu apakah ada persoalan internal di dalam. Harusnya mas Djarot mencari (informasi) dulu lah. Jangan kemudian menyalahkan-nyalahkan orang lain kalau ada rumah tangganya yang gegeran, berantakan. Mosok sing dituduh wong liyo (masak yang dituduh orang lain),” pungkasnya.

Lebih lanjut, Imam mengatakan pihaknya tidak pernah melakukan politik pecah belah sebagaimana dituduhkan Djarot. Bahkan, Membujuk orang secara berlebih-lebihan sekalipun tidak pernah dilakukan.

“Kita tidak pernah memaksa, membujuk bujuk, apalagi sampai melakukan politik pecah belah. Mereka (yang membelot) mungkin selama ini merasa di rumah lamanya nya ada hal-hal yang mungkin membuat mereka kurang kerasa, membuat mereka marah kan ya tentu kami tidak bisa menjawab itu karena itu urusan internal PDIP,” pungkasnya.

Sebelumnya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP ) menuding ada pihak yang sengaja membuat strategi adu domba atau devide et impera dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Surabaya. Pernyataan tersebut disampaikan sebagai respon terhadap banyaknya kader partai yang membelot mendukung Paslon dari partai lain.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi DPP PDIP, Djarot Syaiful Hidayat. Menurutnya, pembelotan para kader partainya sebagai perangkap dari strategi lawan politik. Yakni, adanya upaya adu domba atau memecah belah suara dari kader PDIP yang dilakukan lawan politiknya.

Lebih lanjut, Djarot mencontohkan, upaya penangguhan Jagad Hari Suseno, anak almarhum Pak Sutjipto (mantan Sekjen PDIP) yang juga kader PDIP sebagai bagian strategi paslon nomor urut 2 Mahfud Arifin (MA) yang tidak begitu paham pemerintahan yang baik.

“MA telah melakukan politik devide et empire ala kolonialisme Belanda. Politik pemecah belah selama masa kolonial selalu dilawan oleh seluruh anak bangsa, termasuk NU , Muhammadiyah , dan PNI saat itu. Jadi rasanya kurang elok kalau tim MA menjalankan politik adu domba, termasuk apa yang dilakukan oleh Mat Mochtar. Sebab itu cara kolonial yang ditentang arek-arek Surabaya, “ujarnya.

Terkait hal tersebut, Djarot justru yakin bahwa suara partainya semakin meningkat ketika Eri-Armudji dikepung, serta lawan memiliki begitu banyak logistik dan dana.

“Eri semakin kuat justru karena gemblengan dan kepungan. Apa yang terjadi justru membuktikan bagaimana masyarakat Surabaya memiliki keberanian untuk memilih pemimpin muda yang jujur, berpengalaman, dan visioner. Jadi ketika Surabaya dikepung, seperti ketika Sekutu mengepung Surabaya, mendukung rakyat untuk mendukung pemimpin yang baik akan semakin kuat, “tandasnya.[merdeka/brz/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan