Merujuk Riset ITB, BNPB Ingatkan Potensi Gempa Besar dan Tsunami di Selatan Jawa

Kepala BNPB Doni Monardo di Sulawesi Utara. (Foto: Satgas COVID-19)

IDTODAY.CO – Kepala BNPB Doni Monardo menyebut letak geografis Indonesia berpotensi tinggi terhadap munculnya bencana alam. Hal tersebut berdasarkan data sejumlah penelitian dari World Bank hingga ITB.

Doni mengatakan bahwa semua wilayah di Indonesia memiliki ancaman bencana berupa tsunami dan gempa. Apalagi, dengan adanya pergeseran lempeng-lempeng aktif.

“RI berdasarkan data World Bank termasuk 1 dari 35 negara yang punya risiko ancaman bencana tertinggi, kita tahu kita punya 500-an gunung api,” kata Doni usai menghadiri rapat terbatas bersama Presiden Jokowi, Kamis (15/10). Seperti dikutip dari kumparan (15/10/2020).

“Hampir 300 akar lempeng di hampir semua wilayah kecuali Kalimantan, sebagian di Indonesia bagian timur, pertemuan 3 lempeng yang berpotensi terjadi gempa dan tsunami,” lanjutnya.

Kemudian Doni merujuk pada hasil riset dan penelitan dari ITB yang menyebut ada kemungkinan terjadinya pergeseran lempeng di selatan Jawa sehingga memungkinkan terjadinya gempa besar yang diikuti tsunami.

“Sebagaimana hasil riset tim ITB bersama sejumlah pakar yang melakukan riset di selatan Jabar, Banten, Jateng, dan Jatim ada potensi terjadinya pergeseran lempeng yang dapat mengakibatkan gempa yang cukup besar dan bisa diikuti oleh tsunami,” ujarnya.

Baca Juga:  IDI Minta Menkes Perhatikan Kekhawatiran Pasien ke RS karena Takut Corona

Sementara itu, beberapa waktu lalu,  Guru Besar bidang Seismologi di ITB, Sri Widiyantoro, menyampaikan bahwa hasil riset terkait adanya wilayah minim gempa atau seismic gap di laut selatan Jawa.

Seismic gap adalah bagian dari sesar yang pernah menghasilkan gempa bumi di masa lalu. Wilayah seismic gap ini berpotensi melepaskan gempa dengan magnitudo yang lebih besar ketika ia aktif kembali.

Menurut Widiyantoro, tidak adanya gempa besar dengan magnitudo 8 atau lebih dalam beberapa ratus tahun terakhir mengindikasikan ancaman gempa tsunamigenik dahsyat di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa.

Baca Juga:  Disebut Akan Mengundurkan Diri Oleh Majelis Wali Amanat ITB, Din Syamsuddin: Saya Tidak Ada Waktu Untuk Menanggapi

Menyikapi hal ini, Doni menyebut harus dijadikan pembelajaran untuk menghadapi potensi bencana alam di masa mendatang. Seperti saat tsunami Aceh pada 2004 silam.

“Juga lihat tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004 setelah penelitian dalam dan luar negeri bahwa gempa Aceh, tsunami Aceh bukan yang pertama, telah terjadi berkali-kali ribuan tahun lalu. Momentum ini kita manfaatkan sebagai study case,” lanjutnya.[kumparan/aks/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan