Militer China Dan Amerika Memanas Di Natuna Utara, Militer RI Siaga

KRI Tjiptadi-381 yang beroperasi di bawah kendali Gugus Tempur Laut (Guspurla) Koarmada I menghalau kapal Coast Guard China saat melakukan patroli di Laut Natuna Utara, Kepulauan Riau, Senin (30/12/2019). (ANTARA FOTO/HO/Dispen Koarmada I)

IDTODAY.CO – Militer China menyebutkan  Amerika Serikat  sengaja memprovokasi militer China dan membuat situasi di Laut Cina Selatan semakin memanas militer Amerika Serikat mengerahkan kapal kapal perang mereka.

Situasi terkini menyebutkan, angkatan laut dan udara China melakukan pengejaran terhadap Kapal perusak nuklir, USS Barry milik Amerika yang memaksa masuk secara sengaja ke wilayah teritorial Cina di sekitar perairan pulau Xisha.

Sebenarnya, USS Barry bersama USS Bunker Hill, USS America gentayangan di Laut China Selatan untuk menjaga agar tak terjadi pertikaian di zona sengketa antara Malaysia, Vietnam dan China. Sama sekali tidak bermaksud menerobos wilayah China.

Kontan saja, atas kejadian tersebut Amerika menuduh China melakukan intimidasi kepada dua negara bersengketa di zona itu dengan sengaja melayarkan Kapal Haiyang Dizhi 8 untuk melakukan survei di dekat pengeboran milik Petronas.

Ternyata Indonesia merespons ketegangan itu, RI dipastikan bersiaga sebab kemarin, Rabu 29 April 2020, Badan Keamanan Laut, TNI dan sejumlah kementerian atau lembaga terkait menggelar rapat.

Instagram resmi Bakamla, Kamis 30 April 3030, menyebutkan rapat itu membahas langkah strategi menyikapi situasi itu, sebab zona sengketa ketiga negara itu berbatasan langsung dengan wilayah Laut Natuna Utara. Sebagaimana dikutip dari viva.co.id (30/4/2020).

Baca Juga:  Miris! Dana Bantuan COVID-19 Justru Buat Beli Lamborghini

Rapat yang dilakukan melalui teleconference itu dipimpin Kepala Bakamla RI Laksdya TNI Aan Kurnia. Dihadiri Pangkogabwilhan, Asops Kasal, Waasops Panglima TNI, Pangarmada 1, Dirjen PSDKP KKP, Direktur Hukum dan Perjanjian, Kemlu, Deputi Kemenkopolhukam dan para staf dijajarannya.

Rapat koordinasi tersebut menghasilkan beberapa kebijakan utamanya mendesak untuk diadakan kan patroli di laut Natuna Utara oleh satuan keamanan. Patroli tersebut harus dilakukan secara rutin dan selektif sesuai dengan ruang dan waktu yang telah ditentukan.

Kemudian juga, mendorong terjadinya komunikasi komunikasi dan membangun kapasitas yang saling mempercayai dengan negara-negara dikawasan tersebut untuk bisa melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam di laut  secara leluasa.[Brz]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan