Ngaku Terpojok, PPP Minta PDI-P Urungkan Niat Laporkan Oknum Pembakar Bendera Partai

Sekjen DPP PPP Asrul Sani menghormati kader PPP yang pindah ke PBB. (Foto: JawaPos.com)

IDTODAY.CO – Sekjen PPP Arsul Sani menyarankan PDIP untuk memaafkan pelaku pembakaran bendera partai ketika aksi demonstrasi menolak rancangan undang-undang haluan ideologi Pancasila (RUU HIP). Namun demikian, Asrul Sani tetap meminta PDF untuk memberikan peringatan tegas terhadap oknum tersebut.

“PPP sarankan kepada PDIP agar jika memang benar terjadi pembakaran bendera PDIP dalam aksi unjuk rasa elemen PA 212 kemarin, maka PDIP cukup memperingatkan pihak yang melakukan dan bertanggung jawab atas pembakaran bendera PDIP agar tidak diulangi, dan selanjutnya memaafkan mereka tersebut,” kata Arsul Sani kepada wartawan, sebagaimana dikutip dari Detik.com, Kamis (25/6/2020).

Asrul Sani meminta PDIP untuk memberikan peringatan tanpa melalui proses hukum. Yang penting menurutnya dapat menimbulkan efek jera bagi oknum tersebut.

“Saran PPP tidak usah dibawa ke ranah hukum, kecuali nanti setelah diperingatkan terulang kembali kejadian pembakaran seperti itu,” urainya.

Lebih lanjut, Wakil Ketua MPR itu menilai memang ada kelompok-kelompok tertentu yang sengaja memancing naiknya tensi politik. Karenanya, dia meminta semua pihak untuk bisa menahan diri dan tidak terprovokasi.

Baca Juga:  PDIP Dalam Pusaran Trauma Politik PKI

“Dalam situasi pandemi COVID-19 ini memang harus diakui ada pihak-pihak yang sengaja memancing-mancing agar suhu politik memanas, sehingga seluruh elemen bangsa termasuk partai politik jadi ribut satu sama lain. Karena itu, kita semua justru perlu menahan diri, waspada terhadap provokasi,” terang Arsul.

Atas peristiwa tersebut, Asrul Sani mengaku pihaknya merasa terpojok. namun demikian, ia  tetap meminta PDI Perjuangan menanggapi semua provokasi tersebut dengan lapang dada.

“Kami memilih untuk tidak terprovokasi, melainkan mengedepankan dialog dan komunikasi. Karena itu saran PPP kepada teman-teman PDIP untuk tetap dingin merespons provokasi-provokasi seperti itu,” tutupnya.

Sebelumnya, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menegaskan bahwa PDIP memiliki kekuatan grass-root yang sangat militan. Pernyataan tersebut diungkapkan merespon aksi provokasi yang dilakukan dengan membakar bendera Partai berlambang moncong putih tersebut.

“PDI Perjuangan ini Partai Militan, kami punya kekuatan grass-roots, dan kekuatan ini kami dedikasikan sepenuhnya bagi kepentingan bangsa dan negara. Meskipun ada pihak yang sengaja memancing di air keruh, termasuk aksi provokasi dengan membakar bendera Partai, kami percaya rakyat tidak akan mudah terprovokasi,” ujar Hasto dalam keterangan persnya.

Baca Juga:  PDIP: RUU HIP Punya Tujuan Sangat Mulia

Hasto menyayangkan sebab seluruh kekuatan partai saat ini fokus pada upaya membantu rakyat di dalam melawan Pandemi Covid-19.

Lebih lanjut Hasto menegaskan bahwa elemen partai PDIP sedang fokus membantu rakyat dalam upaya penanggulangan covid-19. Tapi sayangnya Mama justru mendapat perlakuan tak mengenakkan.

“Presiden, wapres dan seluruh jajaran kabinet didukung oleh seluruh kader PDI Perjuangan yang antara lain terdiri dari 128 anggota DPR RI, 18 Ketua DPRD, 416 anggota DPRD Provinsi, 3232 anggota DPRD Kab kota dan 237 kepala daerah dan wakil kepala daerah serta 1,43 juta pengurus Partai, menyatu dengan rakyat, memerangi Covid-19 dengan seluruh dampaknya secara sosial dan ekonomi. Itulah skala prioritas kita bersama,” terangnya.

Dengan demikian, Hasto menegaskan partainya akan menempuh jalur hukum terhadap para pelaku “penistaan” tersebut.

Baca Juga:  Ketum PDIP Pimpin Rapat Koordinasi: Siap Pasang Badan Untuk Jokowi Lawan COVID-19

“Jalan hukum inilah yang dilakukan oleh PDI pada tahun 1996, ketika pemerintahan yang otoriter mematikan demokrasi,” tegasnya.

Kemudian, terkait wacana pembahasan RUU HIP oleh DPR, Jelaskan bahwa PDI perjuangan bersikukuh untuk mendahulukan  jalur dialog dan mendengarkan aspirasi dari masyarakat.

“Rancangan Undang-undang selalu terbuka terhadap koreksi dan perubahan, agar seirama dengan suasana kebatinan rakyat. Jadi sebaiknya semua menahan diri dan menghindarkan dari berbagai bentuk provokasi,” terangnya.

Lebih lanjut ua mengingatkan bahwa Indonesia merupakan negara besar dengan keragaman majemuk yang dipersatukan oleh Pancasila.

“Dari Sabang sampai Merauke, dan dari Miangas hingga ke Rote sangat majemuk. Kita bersatu karena Pancasila. Kita harus belajar dari konflik di Suriah, Yaman, Libya dll. Rakyat di negara-negara tsb akhirnya menjadi korban. Indonesia memiliki nilai luhur untuk bermusyawarah, jadi itulah yang harusnya kita kedepankan. Untuk itu mari kedepankan proses hukum dan seluruh kader-kader PDI Perjuangan diinstruksikan agar tidak terprovokasi,” tandasnya.[Brz]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan