IDTODAY.CO – “Logika Mahfud terkait PSBB bikin masyarakat stres itu keliru besar dan terlalu dibuat-buat. Justru kebalikannya, PSBB itu sangat longgar dan tidak tegas. Makanya pasien positif dan yang meninggal terus bertambah karena masyarakat masih bebas beraktivitas,”

Hal itu disampaikan oleh Waksekjen PD Irwan. Seperti yang dikutip dari detik.com (03/05/2020).

“Seharusnya pemerintah malah memperketat PSBB dengan aturan di bawahnya karena regulasi PSBB tidak ada sanksi tegas, bersifat imbauan, sehingga tidak efektif. Jika pun ada masyarakat yang stres, bukan karena PSBB, tetapi karena biaya hidupnya selama dibatasi tidak dijamin oleh negara,” imbuhnya.

Sebelumnya, Menko Polhukam Mahfud Md mengatakan pemerintah menyadari masyarakat akan mengalami stres jika terlalu dikekang. Karena itu, sebut Mahfud, pemerintah saat ini sedang memikirkan pelonggaran PSBB.

Menurut Irwan, wacana pelonggaran PSBB membuktikan bahwa pemerintah tidak serius memutus mata rantai penyebaran virus Corona. Bahkan ia menilai pemerintah cenderung meremehkan.

“Pemerintah memang dari awal tidak pernah serius tangani COVID-19. Amburadul dari awal. Parameter melihatnya sangat mudah. Di awal meremehkan COVID-19, malah menggenjot kunjungan wisata, bahkan dengan subsidi APBN 2020. Kemudian saat di awal Maret ada yang positif, kemudian ada yang meninggal, opsi yang dipilih justru PSBB bukan karantina wilayah alias lockdown,” papar Irwan.

Baca Juga:  Hidayat Nur Wahid Jawab Pernyataan Mahfud MD, : Justru Aneh Kalau Rakyat Tak Meributkan

“Lihat saja aturan PSBB dan turunannya oleh pemerintah, semuanya tidak jelas dan multi tafsir. Pemerintah sangat terlihat lebih mementingkan ekonomi dan penyelamatan kekuasaan dibanding menyelamatkan rakyat Indonesia,” sebut dia menambahkan.

Tidak ada masyarakat yang ingin terinfeksi virus Corona. Akan tetapi permasalahan ada di pemerintah pusat karena lebih mempedulikan penyelamatan ekonomi daripada masyarakat.

“Semua pastinya ingin ikut anjuran pemerintah. Tetapi masalahnya ada di pemerintah pusat. Mereka (pemerintah pusat) hanya peduli penyelamatan ekonomi. TKA (tenaga kerja asing) China terus masuk, moda transportasi terus beroperasi, penghematan APBN dan pinjaman utang lebih fokus ke stimulus ekonomi. Penyelamatan nyawa rakyat menjadi lemah dan tidak fokus. Pola yang dilakukan pemerintah ini lebih mirip herd immunity, pembiaran tanpa tes kesehatan yang jelas dan masif,” tutur Irwan.[Aks]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan