IDTODAY.CO – Aktivis Haris Rusly Moti menyoroti pemberian dana hibah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) kepada Sampoerna Foundation dan Tanoto Foundation melalui Program Organisasi Penggerak (POP).
Menurutnya, pemberian dana tersebut sangat tidak tepat dan mempertegas adanya upaya oligarki sedang membajak pendidikan Indonesia.
Anggapan tersebut diperkuat dengan mundurnya Muhammadiyah, NU, dan PGRI dari program Kemendikbud tersebut.
“Bukti lain yang perlu diungkap adalah oligarki “penambang data“ yang diduga sengaja tanam Nadiem Makarim di Kemendikbud untuk membajak data pelajar dan mahasiswa,” duganya dalam akun Twitter pribadi, sebagaimana dikutip dari Rmol.id, Minggu (26/7).
Lebih lanjut, Haris menilai presiden Jokowi tidak memahami secara esensial tentang pendidikan dan kebudayaan. Hal tersebut terindikasi dengan pengangkatan orang yang tidak berkompeten di bidang tersebut.
“Dikiranya (Jokowi dan Nadiem) pendidikan itu tempat kursus. Pendidikan dan pengajaran itu untuk membentuk karakter bangsa yang berpancasila,” tutup aktivis Petisi 28 tersebut.[rmol/brz/nu]