IDTODAY.CO – Guru Besar Hukum Tata Negara (HTN) Universitas Indonesia Prof Jimly Asshiddiqie menyindir presiden Joko Widodo sebagai kepala negara yang paling berdarah merah.

“Kalau saya sih, semua presiden itu ada mirip-miripnya, ada bedanya. Nah, salah satu kendala yang kita hadapi budaya politik kita ini feodal,” katanya ketika dimintai pandangannya terkait hal-hal positif dari semua presiden yang pernah memimpin Indonesia, dalam program NGOMPOL (Ngomongin Politik) sebagaimana dikutip dari channel YouTube JPNN.com, Sabtu (9/8).

Mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu mengatakan bahwa ada juga sebagian kelompok yang menginginkan bentuk negara Indonesia sebagai kerajaan.

“Kalau dulu 1945 diadakan referendum, mungkin kerajaan lebih menang dari Republik. Itu menggambarkan bahwa budaya politik kita ini feodal. Kerajaan. Bentuknya Republik, kelakuannya kerajaan. Maka, semua sekarang ini semua kerajaan. Partai jadi kerajaan, ini jadi kerajaan. Begitu-begitu lho,” ucap Prof Jimly.

lebih lanjut, anggota DPD RI tersebut mengatakan, hampir semua Presiden Republik Indonesia, selain Jokowimemiliki unsur darah biru.

“Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY menurutnya ada unsur birunya. BJ Habibie sedikit-sedikit ada birunya. Bung Karno juga darah biru. Dia pendiri Republik,” katanya.

Baca Juga:  Sebut Jokowi Lahir dari Rahim Reformasi 98, Aktivis Malari 74: Erick Thohir Ngawur

“Jadi semua itu punya darah biru semua, yang darahnya paling merah itu Jokowi,” ucap Prof Jimly.

Tokoh kelahiran Palembang, Sumatera Selatan ini mengatakan, Jokowi berpeluang melakukan transformasi, perombakan budaya feodal dalam budaya politik Indonesia. Sayangnya, hal itu  tidak terjadi.

“Maka peluang untuk mengadakan transformasi, perombakan budaya feodal, sekarang ini (momentumnya). Eh ternyata, dia (Jokowi-red) mengalami pembiruan juga. Sekarang darahnya sudah sangat biru. Gitu lho. Itu kalau you tanya saya komentar saya secara umum begitu,” lanjut Prof Jimly.

Baca Juga:  Jokowi Minta Kementrian Dan Lembaga Pemerintah Segera Belanjakan Anggaran Masing-Masing

Mantan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) era Presiden SBY ini, mengatakan budaya feodal itu dianggap sebagai salah satu ancaman terbesar peradaban demokrasi bangsa Indonesia ke depan.

“Mudah-mudahan para milenial belajar, transformasi budaya feodal itu menjadi budaya modern,” harap mantan ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) ini.[jpnn/brz/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan