IDTODAY.CO – Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies (INFUS) Gde Siriana Yusuf menyoroti istilah “membajak” Corona yang didengungkan oleh Presiden Joko Widodo dalam rapat tahunan MPR 2020 .

Menurutnya, istilah membajak situasi krisis Corona sebagai momentum kemajuan merupakan bahwa pemerintah tidak memiliki visi, miskin literasi, diksi dan juga tidak inspiratif.

“Miskin Diksi, itu Jokowi menggunakan kata “membajak” momentum krisis untuk lompatan kemajuan. Ini sangat aneh menggunakan kata membajak untuk memanfaatkan momentum krisis menjadi sebuah peluang kemajuan,” kata Gde Siriana sebagaimana dikutip dari RMOL, Senin (17/8).

Siriana menegaskan, penggunaan istilah membajak sangat tidak pas ketika disandingkan dengan kalimat-kalimat selanjutnya, manakala diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Demikian itu yang dia maksud dengan istilah miskin diksi.

“Dalam diskusi kecil dengan staf kedubes asing, dia bingung kata english apa yang tepat untuk translasi kata membajak. Seharusnya yang digunakan adalah “to take advantage” atau “to convert” sehingga maknanya menjadi mengubah atau memanfaatkan momentum krisis untuk lompatan kemajuan,” urainya..

Baca Juga:  Kabar Pemenang Lelang Motor Listrik Jokowi Ditangkap, Bamsoet: Tidak Ada Yang Dirugikan, Dilepas Saja

Alhasil, Gde menyimpulkan bahwa pidato tersebut merupakan pidato kenegaraan yang terburuk sepanjang sejarah dirinya mengamati pidato Presiden Indonesia sejak dulu.

“To the pointnya, bagi saya pidato kenegaraan Jokowi adalah pidato terburuk kenegaraan yang pernah saya dengar,” tandas Gde Siriana Yusuf.[rmol/brz/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan