Sebut Nadiem Tak Pengalaman,MUI: Bisa-Bisa Tamatlah Riwayat Pendidikan Kita

Mendikbud Nadiem Makarim memberikan pidato saat acara Lepas Sambut di Kemendikbud, Jakarta, Rabu (23/10). (Foto: Suara.com/Arya Manggala)

IDTODAY.CO – Keberhasilan Nadiem Makarim ketika mengelola Gojek sebagai pelopor layanan transportasi daring tidak bisa ditularkan terhadap profesi barunya sebagai nahkoda Pendidikan Indonesia. Banyak kalangan yang menilai kinerjanya sebagai Mendikbud jauh dari kata memuaskan.

“Mungkin Pak Jokowi terhinoptis dengan keberhasilan Mendikbud pada saat mengelola Gojek dengan keuntungan yang dahsyat dan luar biasa. Tapi saat diangkat menjadi Mendikbud sejak Oktober 2019 hingga detik ini, yang ada hanya slogan-slogan,” kata Wakil Sekjen MUI Najamuddin Ramli sebagaimana dikutip dari Rmol.id, Kamis (9/7).

Baca Juga:  Protes Nadiem Makarim, Cak Imin: Jangan Pernah Lupakan Perjuangan NU Dan Muhammadiyah

Najamudin juga mengkritik Program Merdeka Belajar yang menjadi andalan Nadiem Makarim. Menurutnya kema program tersebut sudah pernah diterapkan 30-40 tahun yang lalu sebagaimana dikenalkan oleh para menteri terdahulu.

“Program ini merupakan bagian dari sistem andragogi pendidikan orang dewasa sebagai lawan dari paedagogi pengajaran kepada anak kecil,” uhar Najamuddin.

Atas dasar itulah, dia mempertanyakan kenapa presiden Jokowi tetap mempertahankan Nadiem Makarim sebagai Mendikbud. Padahal, dia menilai Mendikbud seperti Menteri Bambang Sudibyo, Muhammad Nuh, Anies Baswedan, hingga Muhajir Effendy telah berhasil membawa pendidikan Indonesia ke arah yang lebih maju.

Baca Juga:  Mendikbud Perbolehkan Sekolah Tatap Muka Mulai Januari 2021

“Patut dipertanyakan, apakah masih layak dipertahankan Nadiem Makarim sebagai Mendikbud dengan tidak ada prestasi, malahan menurunkan kualitas pendidikan saat ini,” terangnya.

Najamudin menegaskan, dirinya sangat khawatir terhadap pendidikan Indonesia yang dinahkodai oleh seorang yang tidak berpengalaman akan dibawa menuju kerusakan. Sedangkan Kemendikbud merupakan kementerian yang bertanggung jawab membangun sumber daya manusia Indonesia.

“Kalau dikendalikan oleh nakhoda yang biasa-biasa saja, yang tidak punya pengalaman dalam pendidikan, tidak mengerti filosofi pendidikan, tidak mengerti empirik posisi yuridis pendidikan, dan tidak mengerti apa tujuan pendidikan, yakni membangun manusia yang bertakwa dan berakhlak mulia, terampil dan adaptif dengan tuntutan zaman maka tamatlah riwayat pendidikan kita,” pungkasnya.[rmol/brz/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan