Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI ini mengatakan bahwa David 19 merupakan bencana dunia yang juga direspon who dengan membuat Clinical International Trial, di mana ada multi center study terkait obat-obatan yang semuanya mengikuti prosedur.

Sedangkan di Indonesia sendiri, Balitbangkes harus berperan sebagai motor penggerak yang harus mengikuti semua semua prosedur dan mematuhi regulasi untuk nantinya dapat digunakan masyarakat luas.

Baca Juga:  Erick Thohir Enggan Jadi Relawan Vaksin, Politisi PDIP: Bekerja Dengan Schedule

“Buat apa mengobati kalau tidak ada manfaatnya. Seperti Hydrochloroquine, hasil studi dunia di beberapa negara sudah mengomunikasikan bahwa tidak ada manfaatnya. Di Amerika sudah dicabut sebagai obat untuk pengobatan COVID, di Indonesia belum dicabut. Apakah masih mau diberikan COVID karena ada efek sampingnya yang sampai meninggal. Di daerah ada kematian, dia meninggal karena ada obat yang tidak perlu diberikan,” terangnya.

Atas dasar itulah, Bandung mempersoalkan Unair karena tidak bekerjasama dengan lembaga penelitian lainnya untuk saling melengkapi, malah bekerjasama dengan BIN dan TNI.

 “Kok Unair tidak kerja sama dengan lembaga penelitian lain dan malah kerja sama dengan lembaga militer. Unpad Bandung misalnya, Unpad juga kuat kok clinical trial-nya, kerja sama akademik itu diperlukan untuk saling koreksi,” tegasnya.[sindonews/brz/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan