IDTODAY.CO – Terkait dengan proyek pembangkit listrik 35 ribu MW yang sebelumnya dikritik oleh ekonom senior DR. Rizal Ramli benar-benar menampakkan kegagalannya. Pasalnya proyek yang diramal oleh RR bakal menjadi petaka dikemudian hari benar-benar terbukti.

PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) terlilit utang hingga mencapai Rp 500 triliun pada akhir 2019. Utang ini merupakan buntut dari beban utang dalam jumlah besar untuk membiayai proyek kelistrikan 35 ribu megawatt (MW).

Baca Juga:  Rizal Ramli Punya Jasa Besar dalam Pembangunan Tol Kualanamu-Tebing Tinggi hingga Pengembangan Danau Toba

Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini mengatakan, kenaikan utang sebesar Rp 500 triliun tersebut terjadi dalam 5 tahun terakhir. Padahal, pada 2014 perseroan hanya berutang tidak sampai Rp 50 triliun.

Pengamat kebijakan publik Syafril Sjofyan menyampaikan bahwa sejak RR diangkat sebagai Menko Kemaritiman di era Presiden Joko WIdodo, ia langsung melancarkan kritikan terhadap proyek ini.

Akan tetapi, lanjut Syafri Sjofyan,  ketika kritikan itu dilancarkan, Rizal Ramli justru mendapat serangan dari Wakil Presiden JK, Menteri BUMN Rini, dan Menteri ESDM Sudirman Said. Mereka kompak mengatakan bahwa Rizal Ramli tidak tahu apa-apa dan bukan menteri yang seharusnya urus masalah PLN. “Media mainstream TV, Koran dan media online ikut.

Baca Juga:  Presiden Jokowi Ingin Grand Design Peralihan Energi Segera Disiapkan Pertamina dan PLN

“menyerang” RR sebagai Menteri tukang heboh. Lucunya Presiden Jokowi yang “membujuk’ RR menjadi Menko malah “tidak berani” membela RR dari serangan tersebut,” kenangnya. Sebagaimana dikutip dari RMOL.id (28/06/2020).

Nyatanya seperti yang dapat dilihat, ramalan RR yang ditimbulkan dari proyek tersebut benar-benar terjadi. Negara terlilit utang yang sedemikian besar, hampir seperempat APBN. Potensi gagal bayar bisa merontokkan negeri ini.

” siapa yang diminta pertanggungjawaban? Padahal sudah diingatkan oleh RR sewaktu menjabat Menko,” ujarnya bertanya-tanya.

“Semestinya Presiden Jokowi yang tidak punya kemampuan memilih pembantunya menyelamatkan PLN,” demikian Syafril Sjofyan.[aks/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan