Wamenhan: Jika Sedang Perang, Cadangan Beras di RI Hanya Kuat untuk 69 Hari

Wamenhan Sakti Wahyu Trenggono (tengah) meninjau pameran alutsista di Kementerian Pertahanan, Rabu (22/1). (Foto: Maulana Ramadhan/kumparan)

IDTODAY.CO – Kementerian Pertahanan (Kemenhan) terus berupaya meningkatkan ketahanan pangan di tengah pandemi virus corona yang masih belum mereda ini. Hal itu disampaikan oleh Wakil Menteri Pertahanan Wahyu Sakti Trenggono.

Dalam acara webinar bersama IA ITB Jawa Timur pada Kamis (18/6), ketahanan pangan harus terus ditingkatkan demi mengantisipasi dampak serangan wabah penyakit lain setelah pandemi COVID-19 berakhir.

“WHO menyatakan virus baru itu terus bermunculan. Jadi, seandainya pandemi COVID-19 ini usai, tak menjamin di masa depan wabah penyakit baru tak muncul. Karena itu indikator ketahanan pangan harus kita tingkatkan di masa depan untuk mengantisipasi serangan wabah penyakit,” kata Trenggono dalam keterangan tertulisnya.

Trenggono menambahkan, jika sebuah pandemi menimbulkan krisis seperti saat ini, ada beberapa sektor yang rentan terkena dampaknya. Pertama, di sektor pekerjaan karena kegiatan ekonomi dipaksa berhenti. Kedua, masalah ketersediaan pangan. Ketiga, ketahanan kesehatan.

Baca Juga:  Wabah Corona Ditetapkan Sebagai Bencana Nasional Non Alam

“Kalau ketiga hal ini tak bisa dikelola dengan baik, bisa berpengaruh kepada ketahanan dan kedaulatan negara secara keseluruhan. Karena itu semua elemen bangsa perlu bekerjasama secara serius melawan ancaman pandemi agar ketahanan nasional terjaga,” ucap Trenggono.

Trenggono menjelaskan upaya Kemhan dalam menjaga stabilitas di sektor pangan. Berdasarkan hasil laporan di lapangan, ada empat komoditas yang banyak dikonsumsi masyarakat yakni beras, gula, terigu, dan kedelai.

“Beberapa komoditi seperti beras dan gula itu perlu perhatian kondisi cadangannya. Di samping itu sekarang ada pergeseran di mana Indonesia mengkonsumsi mi terbesar kedua di dunia. Ini membuat kita impor gandum tinggi, begitu juga kedelai,” jelas Trenggono.

Selain itu, Trenggono menuturkan jika pandemi diibaratkan seperti suasana perang, maka dibutuhkan peralatan tempur yang kuat untuk melawan. Sebab ketahanan pangan menjadi salah satu kunci untuk memenangkan perang.

“Peralatannya di sini salah satunya cadangan pangan yang panjang. Sekarang itu di komoditas beras kita hanya kuat untuk 69 hari, bandingkan dengan India yang bisa setahun. Karena itu kami dari Kemhan sedang mengajukan satu model yang bisa meningkatkan ketahanan pangan nasional,” tutur dia.

Berdasarkan kajian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), ada 16,6 juta hektar kawasan hutan non hutan di Papua, Kalimantan dan Papua yang layak dikonversi menjadi lahan pertanian produktif.

Baca Juga:  Ribuan Vaksin AstraZeneca Kedaluwarsa, PDIP: Pemda Harus Gerak Cepat Salurkan ke Masyarakat

“Kita ingin mengoptimalkan lahan ini agar tidak menjadi opportunity loss bagi negara. Rasionalisasi kawasan hutan adalah faktor penting bagi kelestarian pengelolaan hutan dan menjadi enabler untuk pembangunan nasional,” katanya.

Jika rencana pengadaan lahan pangan ini terealisasi, Trenggono mengatakan dapat menyumbang sekitar 20% bagi cadangan pangan nasional.

“Kita pastikan ini memang untuk ketahanan pangan, jadi kawasan yang dipilih tidak boleh berubah fungsi dari kawasan tanaman pangan yang akan kita kembangkan,” pungkasnya.

Sumber: kumparan.com

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan