Yakin Jagoannya Menang Pilwali Surabaya, PDI-P Tuduh Lawan Pakai politik Kolonialisme

Kongres V PDI Perjuangan. (Foto: Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

IDTODAY.CO – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP ) menuding ada pihak yang sengaja membuat strategi adu domba atau devide et impera dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Surabaya. Pernyataan tersebut disampaikan sebagai respon terhadap banyaknya kader partai yang membelot mendukung Paslon dari partai lain.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi DPP PDIP, Djarot Syaiful Hidayat. Menurutnya, pembelotan para kader partainya sebagai perangkap dari strategi lawan politik. Yakni, adanya upaya adu domba atau memecah belah suara dari kader PDIP yang dilakukan lawan politiknya.

Baca Juga:  PDIP Resmi Usung Gibran dan Teguh Prakosa di Pilwalkot Solo

Lebih lanjut, Djarot mencontohkan, upaya penangguhan Jagad Hari Suseno, anak almarhum Pak Sutjipto (mantan Sekjen PDIP) yang juga kader PDIP sebagai bagian strategi paslon nomor urut 2 Mahfud Arifin (MA) yang tidak begitu paham pemerintahan yang baik.

“MA telah melakukan politik devide et empire ala kolonialisme Belanda. Politik pemecah belah selama masa kolonial selalu dilawan oleh seluruh anak bangsa, termasuk NU , Muhammadiyah , dan PNI saat itu. Jadi rasanya kurang elok kalau tim MA menjalankan politik adu domba, termasuk apa yang dilakukan oleh Mat Mochtar. Sebab itu cara kolonial yang ditentang arek-arek Surabaya, “ujarnya, sebagaimana dikutip dari Merdeka.com, Kamis (19/11).

Baca Juga:  Hasto Nyatakan PDIP Tutup Pintu Berkoalisi dengan Koalisi Perubahan karena Dukung Anies, Begini Reaksi AHY

Terkait hal tersebut, Djarot justru yakin bahwa suara partainya semakin meningkat ketika Eri-Armudji dikepung, serta lawan memiliki begitu banyak logistik dan dana.

“Eri semakin kuat justru karena gemblengan dan kepungan. Apa yang terjadi justru membuktikan bagaimana masyarakat Surabaya memiliki keberanian untuk memilih pemimpin muda yang jujur, berpengalaman, dan visioner. Jadi ketika Surabaya dikepung, seperti ketika Sekutu mengepung Surabaya, mendukung rakyat untuk mendukung pemimpin yang baik akan semakin kuat, “tandasnya.[merdeka/brz/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan