Oleh: W. Irvandi

Sejak pemerintah memberlakukan social distancing, yaitu dengan belajar dan bekerja dari rumah sejak itu pulalah seakan-akan beban semakin bertambah bagi kedua orang tua. Selain harus bekerja, di sisi lain juga harus mendampingi putra putri mereka untuk belajar. Mungkin bagi anak yang sudah mandiri dengan teknologi tidak ada kesulitan, selama fasilitas dan sarananya memadai. Namun bagi anak-anak usia sekolah dasar maka kerepotan sendiri bagi orang tua, apalagi pabila anaknya tidak hanya satu. Lantas bagaimana kita sebagai orang tua menghadapi kondisi tersebut?

Di dalam buku Asasiyat Tarbiyah al-Athfal (Dasar-dasar mendidik anak), Najah Sabatin menjelaskan bagaimana kita mendidik anak, dan kita coba mengaplikasikan di saat kondisi sekarang. Menurut beliau, pertama kali harus ada yaitu kesepakatan kedua orang tua dalam menentukan tingkah laku yang baik dan tingkah laku yang buruk. Yang dimaksud tingkah laku adalah hasil interaksi antara pemikiran dan perasaan, antara pemahaman dan kecenderungan. Artinya apabila kita ingin merubah tingkah laku maka harus merubah pemikiran dan perasaan, pemahaman dan kecenderungan terlebih dahulu.

Maka dari itu yang perlu diperbaiki pertama kali adalah pemikiran dan perasaan, pemahaman dan kecenderungan orang tuanya terlebih dahulu. Dan pemikiran serta pemahaman tersebut harus berasal dari kaedah yang sama sehingga akan terbentuk kepribadian yang unik pada diri kita. Dan kaedah tersebut berasaskan pada islam sehingga kepribadian yang terbentuk juga menjadi kepribadian islam. Orang tua harus menjadi contoh dalam memiliki kepribadian islam tersebut.

Bagi anak-anak usia sekolah khususnya lima tahun ke atas, anak-anak dapat belajar dengan banyak cara, diantaranya melalui pengalaman. Karenanya, anak-anak harus diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu dengan kemampuannya sendiri semaksimal mungkin. Misalnya, anak belajar hitungan 2 + 2 = 4 walaupun dilakukan setelah puluhan kali mencoba menghitung dengan lidi, biji-bijian, dan lainnya. Artinya dalam belajar anak bisa jadi akan mengalami kesalahan yang berulang, namun perlu kita dampingi sebagai orang tua agar dia dapat memahaminya.

Baca Juga:  INILAH INDONESIAKU

Jika anak melakukan perbuatan yang pasti akan membahayakan dirinya seperti jatuh dari atas balkon, atau jatuh ke dalam parit, maka anak itu wajib dilarang dengan tegas. Namun tidak semua hal harus dilarang, misalnya pada bahaya yang belum pasti. Contohnya adalah terpeleset atau jatuh di tanah yang lembek karena berlari-lari, maka tidak dibenarkan melarang anak untuk melakukan perbuatan tersebut.

Sedangkan supaya kita bisa membuat anak lebih giat dan belajar lebih banyak, wajib disediakan bagi anak bahan-bahan yang menarik. Sebaliknya harus diminimalkan larangan dan halangan selama ia melakukan kegiatannya seraya tetap memperhatikan keselamatan si anak. Kondisi saat ini kesempatan bagi orang tua menyediakan bahan-bahan yang mudah didapat dan bahan tersebut tidak harus mahal, sehingga dengan bahan tersebut anak dapat belajar lebih giat.

Misalnya dengan menyediakan kertas-kertas bekas dengan kertas tersebut si anak bebas melakukan apapun, merobek, melipat, atau mungkin membuat rumah jadi berantakan karena kertas tersebut, namun itu merupakan bagian proses pembelajaran kepada anak, dan bersama anak, orang tua ikut membantu membereskannya sambil diberikan penjelasan.

Selanjutnya jangan melarang anak dari banyak perbuatan sekaligus. Karena hal itu akan membebani anak dan menjerumuskan kepada anak ke dalam kebingungan. Hal itu juga akan membuat frustasi kepada anak, karena merasa tidak bisa memenuhi keinginannya dan menambah perasaan gagal pada dirinya. Yang wajib dilarang adalah perkara-perkara yang memang untuk menjaga keselamatan anak dari bahaya yang mengancam dirinya termasuk bahaya kepada orang lain.

Misalnya penyerangan kepada orang lain seperti memukul, menggigit atau menendang orang lain. Termasuk juga merusak barang yang bukan miliknya, maka orang tua wajib mengarahkan kepada anak dengan penuh kelembutan dan kasih sayang untuk diarahkan kepada tingkah laku yang lebih sopan. Namun kadang kita sebagai orang tua bisa hilang kesabaran karena sikap anak, apalagi beban orang tua yang begitu banyak dan terasa berat dalam kondisi saat ini. Tetapi kita juga harus mengenal dan mengetahui jika anak bersikap keras dan marah, maka kita jangan sampai menambah tekanan kepada anak, karena kondisi ini justru akan menjadikan anak memiliki sifat yang tumbuh dalam perlawanan.

Lantas bagaimana cara kita mengendalikan anak? Imam Bukhori telah mengeluarkan hadist dalam kitab Shahihnya dari Ibn Abbas ra; “Al-Fadl sedang membonceng Rasulullah saw, lalu seorang wanita datang dan bertanya kepada Rasulullah. Maka Al-Fadhl memandangnya dan wanita itu jug memandang Al-Fadhl, maka hal itu membuat Rasulullah saw memalingkan wajah Al-Fadhl ke arah yang lain.”

Dalam hadis ini selain terdapat perintah untuk menjaga dan menahan pandangan kepada lawan jenis namun juga ada bentuk pengajaran kepada anak yaitu dengan mengalihkan perhatian anak. Orang tua harus mengarahkan pandangan anak kepada bahaya dari perbuatannya dan berupaya menghalanginya dengan sarana-sarana yang dimiliki, seperti merubah raut wajah, atau dengan bernada tegas atau dengan yang lain.

Baca Juga:  Kebijakan Labil Pemimpin Negeri

Jika anak masih melakukan perbuatan yang tidak baik maka anak bisa dipindahkan ke tempat lain dan jangan sampai orang tua menggunakan pukulan sebelum anak berusia sepuluh tahun. Rasulullah bersabda “Latihlah anak kalian pada usia tujuh tahun dan puullah mereka atasnya pada usia sepuluh tahun” (HR Abu Dawud).

Terakhir perlu adanya konsisten dalam berinteraksi dengan anak, yaitu jika anak tidak dizinkan melakukan suatu perbuatan pada situasi tertentu, maka hendaknya diulangi lagi melarangnya untuk tidak melakukan perbuatan yang sama pada situasi lainnya yang serupa. Misal anak dibatasi dalam penggunaan HP maka dari itu terus jaga sikap membatasi anak pada HP jangan sampai anak memahami kalau pada situasi dan kondisi tertentu tidak ada batasan. Ketidakkonsistenan ini akan berpengaruh pada anak.

Semoga wabah ini segera berakhir dan kita sebagai orang tua tetap dapat mendidik dan membentuk anak dengan kepribadian islam yang lebih baik lagi. Dan ingatlah bagaimana Luqman mengajarkan anaknya dengan perkataan-perkataan yang berupa peringatan. Peringatan yang dimaksud adalah yang berpengaruh dalam jiwa, dan tanamkanlah peringatan tersebut hanya karena Allah dan RasulNya sehingga anak tumbuh menjadi pribadi yang taat kepada Allah dan RasulNya. Wallahu a’lam.

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan