Era Kapitalisme Menggerus Naluri Keibuan

Rini Astutik (Foto: Dok. Penulis)

Oleh: Rini Astutik
Pemerhati Sosial

Untuk mengantisipas penyebaran virus corona atau yang lebih dikenal dengan istilah Covid 19 sejumlah Provinsi mulai hari senin ( 17/03/2020) hingga senin ( 30/03/2020) meliburkan kegiatan belajar di sekolah,akan tetapi sebagai gantinya proses pembelajaran akan dipindah  dirumah ( REPUBLIKA.CO.ID).

Sehingga dari proses belajar dirumah tersebut sangat diperlukan kerjasama dari orng tua untuk  mengawasi proses belajar tersebut, meski terlihat sangat menyenangkan ternyata proses pembelajaran dirumah bukanlah sesuatu yang mudah bagi orang tua sebab Selama libur 14 hari pihak sekolah setiap harinya selalu memberikan tugas kepada siswanya.

Meskipun  belajar dirumah lebih santai karena tidak menggunakan seragam  dan bebas ngemil nyatanya proses belajar dirumah malah membuat para siswa dan orang tua menjadi stres akibat banyaknya tugas yang diberikan oleh para guru belum lagi tugas tersebut dengan menggunakan Bahasa Inggris.

Menurut  Mesya wali murid dari Satrio mengaku stres dikarenakan anaknya terlalu santai dalam mengerjakan tugas sementara gurunya sudah mengumumkan siapa saja yang sudah mengumpulkan tugas, hal yang samapun dialami oleh orang tua murid lainnya karena faktor ekonomi akibatnya  tidak semua orang tua murid  mampu memfasilitasi anaknya belajar dengan menggunakan gawai.

Sehingga hai inilah yang menjadi sorotan dari pemerhati pendidikan Indra Charismiadji dirinya menilai belum ada kesiapan guru maupun orang tua untuk bisa diterapkan sistem pembelajaran daring tersebut, sehingga terbongkarlah bahwa pelatihan guru yang menghabiskan dana Rp 900

Miliar pada tahun lalu tidak berjalan secara efektif.

Sementara itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ( Mendikbud ) Nadiem Anwar Makarim mengatakan akan mendukung kebijakan Pemerintah Daerah yang meliburkan proses belajar

di sekolah diapun menambahkan bahwa Mendikbud siap untuk mengimplementasi penundaan Ujian Nasional ( UN ). Nadiem juga mengapresiasi kerjasama penyelenggara pembelajaran secara daring dalam  memberikan akses pelayanan pembelajaran.

Namun hal ini tidaklah semulus yang diharapkan pemerintah dilansir dari (detiknews.com ) Komisi Perlindungan Anak Indonesia ( KPAI ) menerima aduan dari orang tua siswa yang  mengeluhkan  anak-anak mereka malah  stres akibat diberi banyak tugas secara online oleh para guru, menurut Ratno Listyarti selaku komisionir KPAI bidang Pendidikan dirinya juga meminta evaluasi terhadap para guru.

Ketidaksiapan anak dan orang tua dengan metode belajar di rumah atau Home Learning menjadi salah satu  penyebab terjadinya stres, sebab sistem pembelajaran di sekolah dengan di rumah sangatlah berbeda,jika Guru di sekolah dibekali ilmu pengetahuan sebelum mengajarkan pelajaran terhadap siswanya hal ini tentu sangat berbeda dengan kondisi ibu di rumah.

Sebab tidak semua ibu dapat mengenyam pendidikan seperti layaknya seorang guru, belum lagi tugas seorang ibu untuk mengurus dan mengatur rumah tangga di tambah lagi jika memiliki banyak anak, secara otomatis bahan yang harus di ajarkan juga semakin banyak yang tentu saja hal inilah yang membuat kerepotan seorang ibu dalam mengatur waktu untuk bisa mengajari anak di rumah.

Selain ketidaksiapan untuk menyiapkan bahan ajar bagi anak anaknya tuntutan untuk bekerja membantu suami guna menopang perekonomian keluarga juga  menjadi pemicu terjadinya stress di kalangan para ibu gempuran ekonomi saat ini membuat para ibu bekerja untuk menyambung hidup sebab nafkah yang diberikan suami tidak mencukupi akibat makin tingginya kebutuhan hidup.

Baca Juga:  Peluang Anies Menangi Pilpres 2024

Seorang ibu harus rela meninggalkan anak anaknya untuk bekerja di luar rumah mulai sebelum terbit matahari hingga terbenamnya matahari miris memang kondisi ekonomi ini telah menggerus naluri ke ibuan, seorang ibu tidak dapat membersamai tumbuh kembang si anak, bahkan yang lebih miris lagi banyak perempuan perempuan yang lebih bangga dengan karirnya ketimbang menjadi ibu dalam mendidik anak-anaknya di rumah.

Sebab ada suatu kebanggaan tersendiri ketika mereka dikatakan telah berhasil jika memiliki gelar yang tinggi dan menduduki suatu jabatan di posisi tertentu dalam pekerjaannya,ya itulah akibat kerusakan yang di timbulkan oleh sistem kapitalisme, para ibu di era kapitalisme hanya terbiasa mencari materi sehingga tidak familiar dengan membuat program pendidikan bagi anak-anaknya di rumah.

Sehingga tujuan ketika mengenyam pendidikan pun bukan untuk mendidik anak-anaknya menjadi anak –anak yang hebat melainkan agar mendapatkan pekerjaan yang layak, sungguh ironis memang sehingga hal ini menunjukkan bahwa negara telah gagal dalam membentuk perempuan menjadi madrasah uula dan menjadi ibu yang baik di dalam rumahnya.

Menjadi seorang ibu adalah karunia terbesar yang telah Allah berikan kepada kita sebab tidak semua perempuan yang menikah di berikan kesempatan menjadi seorang ibu, karena keutamaan seorang ibu dalam islam ialah mampu menjadi pendidik yag terbaik, ibu yang soleha dan cerdas akan menanamkan berbagai ilmu kebaikan untuk anaknya sejak usia dini sehingga anaknya pun tumbuh menjadi anak yang cerdas dan hebat ibu akan selalu berjuang apapun keadaan dirinya untuk bisa memberikan yang terbaik bagi anaknya.

Baca Juga:  Survei Terbaru, Suara Anies Baswedan Melonjak Berkat Kerja Relawan

Kita bisa lihat bagaimana Muhammad Al Fatih di didik sedari kecil oleh ibunya menjadi penakluk konstantinopel, yang akhirnya benar-benar mampu ia taklukan.

Begitu mulianya kedudukan ibu di dalam Islam sehingga surganya Allah pun berada di bawah telapak kaki ibu, sehingga di dalam Islam sang suami berkewajiban memenuhi segala kebutuhan sehingga istri atau seorang ibu tidak harus bekerja, meskipun bekerja masih dalam batas-batas

Syariah yang di perbolehkan bagi dirinya.

Dan jika suami tidak sanggup di karenakan sakit atau wafat maka seorang istri tidak akan di bebankan untuk mencari nafkah nafkah akan di berikan dari Ayahnya atau saudara laki lakinya baik dari pihak dirinya ataupun dari pihak suaminya.

Dan jika semua orang yang berkewajiban menafkahinya sudah tidak ada maka di sinilah peran Negara sangat di butuhkan, Negara akan mengambil alih tugas guna memenuhi nafkah dan kebutuhannya, semua ini bertujuan untuk mengoptimalkan peran ibu dalam mendidik anak-anaknya menjadi generasi yang kuat unggul dalam membangun peradapan Islam yang gemilang di masa yang akan datang.

Dengan demikian, seluruh kewajiban akan terlaksana dengan optimal termasuk dalam mengembalikan peran ibu sebagai madrasatul uula,  begitu sempurnanya Islam dalam mengatur dan memulia kedudukan seorang ibu. Wallahu A’alam Bishshowab.

*Tulisan ini adalah ‘Surat Pembaca atau Opini‘ kiriman dari pembaca. IDTODAY.CO tidak bertanggung jawab terhadap isi, foto maupun dampak yang timbul dari tulisan ini. Mulai menulis sekarang.

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan