Good Looking, Nyeremin? Yakin?

Eriga Agustiningsasi S.KM

Oleh: Eriga Agustiningsasi, S.KM
(Penyuluh Kesehatan; Freelance Writer)

Good looking, nyeremin? Yakin? Mungkin itu pertanyaan yang terlintas di pikiran khalayak ketika sekilas membaca berita akhir-akhir ini. Pasalnya, Menteri agama, Fachrul Razi dalam webinar bertajuk “Strategi Menangkal Radikalisme Pada Aparatur Sipil Negara” mengatakan bahwa cara masuk orang radikal yakni dikirimkan seorang anak yang good looking, penguasaan bahasa arabnya bagus, hafiz (penghafal Al Qur’an), (CNN Indonesia, 03/09/2020).

Penampilan adalah hal yang pertama kali dilihat sebagian besar orang ketika bertemu. Pakaian yang rapi, wajah berseri-seri, mix and match baju hingga sepatu yang dipakai menjadi hal yang diperhatikan demi meraih penampilan terbaik ketika keluar rumah. Karena itu tidak sedikit yang berlomba lomba untuk memperbaiki penampilannya. Terlebih bagi seorang muslim, bukan hanya penampilan luar saja, akhlak, tutur kata, tingkah laku pun mempercantik penampilan sebagai seorang muslim sejati. Apalagi jika menjadi seorang yang menghiasi setiap lisannya dengan ayat-ayat Al Qur’an. MasyaAllah.. adem lihatnya.

Namun entah apa sebabnya, beredar kabar dari Menteri agama tersebut membuat publik kebingungan. Apa salahnya dengan penampilan terbaik? Mengapa disebut sebagai salah satu ciri orang pembawa paham radikal? Bahkan definisi radikalisme sendiri saja masih kabur. Tak jelas arahnya. Hanya disematkan khusus kepada Islam baik ajaran maupun orang yang mengembannya.

Narasi radikaisme yang terus digencarkan seolah-olah semuamengarah kepada Islam. Mash ingatkahkita bagaimana istilah radikal disematkan pada orang berpenampilan khususseperti celana cingkrang,berjenggot hingga cadar.Masih ingatkah kita ketikaseorang menteriagamauga melarang pemakaian cadar bagi Aparatur Sipil Negara? Seolah olah radikalisme identikdengan orang yang bernampilan Islami.

Lantas kini, narasi radikalisme digulirkan lagi disaat publik semakin sadar terkait denganajaranIslam beserta atributnya yang memang ada dalam ajarannya. Ada apa ini? Mengapa Islam selalu dituduh dengan tuduhan yang negatif? Padahal Islam mengajarkan sesuatu yang baik bahkan sebagai petunjuk bagi manusia dalam menjalani kehidupan dunia yang fana ini.

Islam sebagai agama sekaligus aturan hidup mengatur kehidupan manusia dalam segala aspek. Mulai dari bangun tidur hingga bangun negara ada tata caranya di dalam Islam, mulai dari akidah hingga syariah serta dakwah ada di dalam Islam. Dari sholat hingga ekonomi politik pun juga ada dalam Islam.  Dan perlu diketahui bahwa Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan. Karena Islam adalah Rahmatan lil Alamin, rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya muslim melainkan nonmuslim beserta alam semesta ini.Allah befriman,

“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”

(QS.Al Anbiya: 107)

Jadi, menyematkan istilah radikalisme pada penampilan muslim yang good looking, menjadi hal yang aneh. Seharusnya yang butuh diberantas bukanlah radikalisme yang katanya disematkan pada Islam, melainkan koruptor, pengedar narkoba, seks bebas hingga kriminalitas yang menggerus dan merugikan negara ini. Bukan malah balik menyerang Islam, baik ajaran maupun pengembannya yang justru menyelamatkan generasi bangsa dari kerusakan moral yang semakin brutal. Bukan Islam yang merusak negeri ini, melainkan paham-paham liberalisme, yakni ide kebebasan yang kebablasan tak terkendali yang menyebabkan generasi rusak, bukan Islam. Kerusakan tersebut yang seharusnya nyeremin, bukan Islam. Jadi, good looking itu nyeremin? Yakin?(*)

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan