Hari Perempuan Sedunia, Menistakan Kaum Perempuan

Hari Perempuan Sedunia. Foto: jis.gov.jm / Tribun Wow

Oleh: Hasna Johan
(Pemerhati kebijakan sosial dan ekonomi)

Tidak banyak yang tahu bahwa Minggu, tanggal 8 Maret adalah Hari Perempuan Internasional. Momen ini merupakan momen perayaan capaian perempuan dalam berbagai bidang kehidupan. Hari dimana perempuan bukan lagi di lihat sisi femininnya melainkan sebagai penggerak roda-roda perekonomian keluarga dan negara.

Kali ini Hari Perempuan Internasional mengangkat tema “Saya Generasi Kesetaraan : Menyadari Hak Perempuan”. Tujuan dari kampanye ini adalah memobilisasi, menyelisih kekerasan berbasis gender, keadilan ekonomi dan hak untuk semuanya, otonomi tubuh, kesehatan dan hak seksual dan reproduksi,  serta tindakan feminis untuk keadilan iklim. Selain itu, menginginkan teknologi dan inovasi untuk kesetaraan gender dan kepemimpinan feminis.

PBB dalam hal ini WHO berkomitmen untuk mempromosikan kesetaraan gender terutama di bidang tenaga kesehatan. Secara global 70 persen tenaga kesehatan adalah perempuan tetapi hanya 25 persen diantaranya yang mampu berperan hingga level manajemen.

“Kami cukup bangga, kami telah mencapai kesetaraan gender dalam tim kepemimpinan senior kami di kantor pusat WHO, meskipun kami tahu masih ada yang harus kami lakukan di bagian lain organisasi,” ujar Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). (Liputan6.com, Minggu, 8 Maret 2020)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Angka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (ATPK) perempuan sampai Februari 2019 adalah 55,5 persen atau berkisar 5-6 orang yg bekerja dari 10 orang sedangkan bila dibandingkan ATPK laki-laki 83,18 persen atau berkisar 8 dari 10 orang pekerja. Target yang ingin di capai ialah persentase yang setara antara laki-laki dan perempuan. Hal ini sesuai dengan arahan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

Baca Juga:  Pertamina Peras Rakyat Rp 13,75 Triliun Selama Dua Bulan

Bahkan saat ini ada perkumpulan perusahaan untuk pemberdayaan perempuan yang merupakan organisasi non-pemerintah berbentuk koalisi perusahaan yg tergabung dalam Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE). Dimana mengajak perusahaan-perusahaan agar semakin banyak merekrut perempuan. Siapakah yang di untungkan dari kesetaraan gender untuk perempuan dengan komitmen dan kontribusinya di bidang ekonomi? Para korporasi lah yang diuntungkan dari pemberdayaan ekonomi perempuan ini bukan individunya.

Habitat perempuan bukanlah di tempat kerja, sebab mereka sering kali tidak beruntung di tempat dia bekerja. Mereka sering dihadapkan dengan aturan kerja yang semena-mena, korban eksploitasi, mendapatkan pelecehan seksual bahkan tidak jarang dari mereka merasakan kekerasan seksual dari atasannya ataupun rekan kerja khususnya dari para lelaki.

Terjadinya pelecehan seksual terhadap 773 buruh perempuan di KBN Cakung, semakin membuktikan bahwa bekerja di sebuah perusahaan bukanlah pilihan yang tepat. Belum lagi masalah kontrak kerja yang tidak sesuai dengan Undang-Undang ketenagakerjaan, serta tidak adanya jaminan kesehatan, membuat nasib mereka jauh dari kata sejahtera di dunia kerja.

Baca Juga:  Dijegal Sejumlah Menteri, Anies Banjir Pembelaan

Dari cara pandang liberal ini dapat kita lihat bahwa masalah yang ditimbulkan dari kesetaraan gender justru menghasilkan banyak masalah baru. Konflik antara suami dengan istri misalnya yakni terkait urusan rumah tangga, bila istri bekerja dapat dipastikan rumah tangga akan berantakan atau bercerai. Kurangnya komunikasi dalam keluarga juga menjadi penyebabnya, sebab tuntutan pekerjaan jadi pemicu kesibukan mereka. Anak-anak yang kurang dapat perhatian dan kasih sayang dari kedua orangtuanya, serta hubungan dengan masyarakat yang cenderung kaku menyebabkan kerukunan antar warga pun hilang.

Fenomena kerusakan dan eksploitasi perempuan di seluruh dunia adalah akibat tegaknya Ideologi Kapitalisme. Kapitalisme beserta segala derikatnya demokrasi, liberalisme, sekulerisme, termasuk kesetaraan gender adalah sistem destruktif yang cepat atau lambat pasti menghancurkan masyarakat.

Solusi Islam bagi perempuan yang bekerja

Islam membolehkan perempuan bekerja. Tetapi tidak untuk menggerakkan roda-roda perekonomian kapitalis yang memperkaya para korporat. Bekerjanya perempuan lebih kepada pengamalan ilmu yang di miliki, membantu suami yang sakit, menutupi hutang karena gaji yang tidak mencukupi atau untuk memperjuangkan ekonomi keluarga.

Baca Juga:  Melakukan Pembohongan Kepada DPR, Sri Mulyani Wajib Diberhentikan

Posisi perempuan adalah sebagai ummu wa robbatul bait (ibu dan manajer rumah tangga). Perempuan adalah kehormatan yang harus dijaga. Islampun menetapkan hukum-hukum yang memelihara hak-hak perempuan, menjaga kemuliaan dan menjaga potensi/ kemampuan.

Peran utama perempuan adalah sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya. Dia tidak dibebani tugas untuk bekerja menghidupi dirinya sendiri. Tugas tersebut dibebankan kepada lelaki-baik itu lelaki yang menjadi suaminya, ayahnya, ataupun saudaranya. Jika dia tidak memiliki Wali, maka dia berhak mendapat status sebagai kalangan yang dilindungi negara dan tidak wajib bekerja.

Islam mengatur perempuan yang ingin bekerja. Bidang pekerjaan yang diperbolehkan untuk perempuan yaitu profesi sebagai hakim, dokter, perawat dan guru. Untuk menjalankan peran dan tugas tersebut sangatlah penting dan diperlukan, sebab karakteristik dan permasalahan perempuan tidak dapat digantikan oleh lelaki. Perempuan juga bisa menjadi polisi, kepala departemen pemerintahan, anggota Majelis Umat dan mereka boleh memberikan suaranya dalam pemilihan Khalifah. Hal ini juga merupakan penjagaan dari negara khilafah kepada perempuan sebagai warga negaranya.

Islamlah yang menjadi pionir dalam memenuhi hak-hak warga negara perempuan sejak 400 tahun yang lalu dan Khilafahlah yang pernah memobilisasi seluruh tentaranya hanya demi melindungi kehormatan seorang muslimah. Yang kemudian mengembalikan keamanan, kehormatan dan keadilan kepada para ibu dan anak-anak perempuan umat ini. Khilafah terus tegak berdiri sebagai mercusuar bagi pembebasan perempuan secara global. 

Hanya negara Khilafah yang mampu menyelesaikan permasalahan umat khususnya para perempuan dan mampu mensejahterakan mereka tanpa mengorbankan kemuliaannya sebagai seorang perempuan. Wallahu ‘alam bish shawab.

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan