Ide Feminisme Menambah Derita Perempuan

Ilustrasi Ide Feminisme Menambah Derita Perempuan

Oleh: Dian (Pemerhati Perempuan)

Sebuah strategi untuk meningkatkan kehidupan perempuan terus dihembuskan di negeri-negeri kaum muslimin.

Dilansir dari laman liputan6.com. Dunia akan memperingati Hari Perempuan Internasional pada hari Minggu (8/3/2020). Kali ini PBB mengangkat tema “Saya Generasi Kesetaraan: Menyadari Hak Perempuan”. Kampanye generasi kesetaraan membawa bersama orang dari setiap gender, usia, etnis, ras, agama dan negara untuk mendorong aksi yang akan menciptakan kesetaraan gender dunia yang semua layak mendapatkannya.

Tujuan kampanye adalah memobilisasi kaum perempuan untuk mengakhiri kekerasan berbasis gender, keadilan ekonomi dan hak untuk semuanya, otonomi tubuh, kesehatan dan hak seksual dan reproduksi, serta tindakan feminis untuk keadilan iklim. Selain itu, menginginkan teknologi dan inovasi untuk kesetaraan gender dan kepemimpinan feminis.

Directur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr Tedros Adhanom Ghebreyes. Ia menyoroti masih sulitnya akses kesehatan mendasar bagi perempuan di dunia menjelang Hari Perempuan Internasional.

Tedros ingin menggunakan momen Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada hari Minggu (8/3/2020), untuk mengingatkan bahwa di seluruh dunia banyak wanita tidak dapat mengakses layanan kesehatan mendasar dan terus menderita dari penyakit yang harus di obati.(https://www.liputan6.com/news/read/4196445/hari-perempuan-internasional-who-soroti-akses-layanan-kesehatan)

Bisa diambil kesimpulan  bahwa beragam kebijakan dan gerakan yang mengangkat kesetaraan gender, tidak menyurutkan jumlah dan jenis persoalan bagi perempuan, baik dalam eksploitasi, ekonomi, komersial di media, kekerasan seksual dan tiadanya jaminan kesehatan dan sebagainya.

Menurut kaum feminis, hari Perempuan Internasional merupakan waktu merenungkan pencapaian, menyerukan perubahan dan merayakan tindakan keberanian yang di lakukan oleh perempuan. Tekad perempuan yang bernyali memainkan peran luar biasa dalam sejarah kehidupan diaanggap perlu mendapat apresiasi.

Tujuan kesetaraan gender adalah penjajahan Barat yang diselubungi utopi kesejahtehraan perempuan. Namun semua permufakatan internasional tentang gender yang di gagas barat adalah sumber malapetaka. Sebab kemajuan gender yang dipropagandakan hanyalah mantra sihir yang menyuburkan mimpi perempuan dan keluarganya untuk meraih kebahagiaan semu.

Baca Juga:  Relaksasi Dini PSBB, Untuk Kepentingan Siapa?

 dari segala penderitaan yang menimpa kaum perempuan. Sejatinya perempuan tidak perlu di peringati di hari tertentu. Karena semua kegetiran yang dialami kaum perempuan adalah buah pahit dari diterapkannya sistem demokrasi sekuler yang melahirkan gaya hidup yang liberal.

Ide kesetaraan gender yang merasuk pada pemikiran kaum perempuan adalah hasil dari sistem sekuler. Tanpa disadari dengan mengusung persamaan hak perempuan dan laki-laki, tentu akan menjerumuskan perempuan ke dalam jurang kehinaan. Pengistemewaan peran perempuan sebagai model kerap menghadirkan bias gender. Seksualitas perempuan juga dijadikan sebagai komoditas, banyaknya produk yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan tubuh perempuan namun acap kali menampilkan sisi sensualitas perempuan dalam tayangan iklan.

Realitanya, kapitalis yang terus menerus mengeksploitasi perempuan demi mewujudkan totalitas hegemoni atas dunia. Karena itu di tebarkanlah propaganda demi memobilisasi keterlibatan perempuan yang akan menjadi sumbangsih bagi kesejahteraan keluarga dan bangsanya. Selain guna menggerakkan roda ekonomi, maka perempuan adalah pasar potensial produksi barang dan jasa.

Dimensi yang digunakan untuk mengukur capaian target kapitalis. Tercermin target kapitalistik pada pengakuan WEF yang membutuhkan 257 tahun untuk menutup kesenjangan gender terkait capaian ekonomi. Karena itu faktor kesehatan dan kelangsungan hidup menjadi perhatian. Capaian pendidikan bagi perempuan diperlukan hanya untuk mendapatkan akses ekonomi, baik lapangan kerja, permodalan ataupun pasar. Mobilisasi tenaga perempuan harus lebih didongkrak demi target efesiensi.

Faktanya ketidakadilan yang melanda kaum perempuan merupakan kerusakan yang sistematik. Beragam kebijakan dan gerakan yang mengangkat kesetaraan, sampai saat ini tidak menyurutkan jumlah dan jenis persoalan yang menerpa perempuan..Jika pegiat feminisme mau berkaca, cara pandang liberal yang dianggap memberi solusi masalah dengan kesetaraan gender, justru menghasilkan masalah-masalah baru berupa konflik dan persoalan disharmoni dalam keluarga dan masyarakat.

Baca Juga:  Survei Terbaru, Suara Anies Baswedan Melonjak Berkat Kerja Relawan

Mereka mengesploitasi semua potensi perempuan demi mendongkrak pertumbuhan ekonomi korporatokrasi. Kampanye kesetaraan gender dalam sistem kapitalis faktanya tidak akan pernah mampu membuat satu negara pun mencapai kesetaraan gender.

Inilah dunia kapitalis yang gagal dalam menyelesaikan semua masalah. Akibat dari buah sistem sekuler yang mereka terapkan dalam menyelesaikan masalah perempuan berujung pada kegagalan. Bagaimana tidak di sebut gagal bila konseptor ide gender tak pernah tulus menghargai martabat perempuan, kecuali hanya menjadikan perempuan sebagai obyek ekonomi dan pelengkap penderita atas permasalahan utama kapitalis.

Oleh karena itu, hanya kembali kepada syariat Islam sajalah kaum perempuan akan kembali mulia. Islam memandang bahwa wanita adalah karunia Allah. Hak dan kedudukan perempuan juga terjamin dalam Islam, baik agamanya, hartanya, kehormatannya, akalnya dan jiwanya terjamin dan dilindungi oleh syariat Islam.

Selain itu Islam menjamin hak-hak perempuan dan menjaganya dari segala hal yang menodai kehormatannya, menjatuhkan wibawa dan merendahkan martabatnya. Islam menempatkan perempuan sebagai makhluk yang paling mulia yang harus dijaga. Atas dasar inilah kemudian sejumlah aturan ditetapkan oleh Allah SWT.

Akidah Islam menjadi asas dasar negara sekaligus asas bagi sistem kehidupan yang di terapkan oleh negara. Laki-laki dan perempuan di pandang sama sebagai hamba Allah, hanya ketakwaan yang membedakan di hadapan Allah SWT. Perempuan dan laki-laki adalah makhluk ciptaan Allah SWT, mereka diciptakan dengan segala perbedaan dan potensi masing-masing. Hukum-hukum Islam berkaitan hak dan kewajiban mereka sudah dibuat sedemikian adil dalam sistem Islam.

Sudah menjadi fitrah laki-laki sebagai qawwam bagi perempuan. Laki-laki dibebani tugas sebagai penanggung jawab dan pemimpin untuk melindungi dan memuliakan perempuan, anak-anak dan lansia. Sedangkan penanggung jawab pemberian jaminan lapangan kerja bagi laki-laki adalah negara.

Islam mendorong laki-laki agar produktif, Dengan segala kebijakan politik dan ekonomi. Negara akan mengupayakan kestabilan iklim perekonomian masyarakat agar tercipta suasana kondusif dan nyaman. Dalam Islam laki-laki dan perempuan merupakan partner dalam kehidupan. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya akan saling melengkapi dalam membangun peradaban gemilang.

Rasulullah SAW bersabda agar umat memuliakan perempuan; ” Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita”.(HR. Muslim)

Islam melarang perempuan menjadi pemimpin. Alasan di balik itu, tentu didalamnya terdapat banyak kebaikan dari aturan yang telah ditetapkan Allah SWT. Hukum-hukum yang dibuat untuk perempuan sejatinya adalah memuliakan perempuan. Contoh; perintah menutup aurat dan menundukkan pandangan serta kemaluan dengan itu perempuan senantiasa akan terjaga kehormatannya.

Perintah menjadi (ummun wababbtul albayts) merupakan satu opini kehormatan untuk kaum perempuan. Sebab wanita didapuk sebagai pencetak generasi pejuang peradaban. Adapun hukum bekerja atau beraktivitas di ranah publik bagi perempuan adalah mubah  selama tidak melalaikan tugas utamanya di ranah domestik.

Semua aturan dan hukum dengan hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan sudah jelas dalam Islam. Akan lebih maksimal pelaksanaannya apabila kebijakan dalam  bentuk undangan-undang oleh  negara. Sebagaimana firman Allah SWT dalam kalam-Nya; ” Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu, tidak ada Tuhan selain Dia. Dan berpalinglah dari orang-orang musyrik”.(QS. Al-An’am: 106).

Namun saat ini sangat sulit menerapkan hukum-hukum Allah SWT, karena negara masih mengadopsi sistem sekuler demokrasi liberal yang justru memungkinkan ide-ide feminisme tumbuh subur. Dengan demikian hanya Khilafah yang mampu menuntaskan segala polemik kesetaraan gender dan permasalahan bangsa. Dengan menerapkan syariat Islam yang kaffah, negara akan menutup rapat-rapat gerbang pemikiran yang menyimpang, sehingga tercipta kehidupan yang harmonis dan dinamis antara laki-laki dan perempuan. Wallahu a’lam bish-shawab

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan