Kala Pahlawan Ditolak, Kepada Siapa Negara Berpihak

Ilustrasi Dokter Corona Meninggal Ditolak Warga (Foto: BBC)

Oleh: Rita Yusnita (Komunitas Pena Islam)

Di tengah Pandemi virus Corona atau lebih dikenal dengan Covid-19, terselip kabar yang sangat memprihatinkan. Para korban meninggal terpapar virus corona nyaris tidak bisa dikebumikan akibat penolakan sebagian warga. Salah satunya terjadi di daerah Sewakul, Ungaran, Kabupaten Semarang. Kompas.com melansir pada Kamis(9/4/2020), Seorang perawat yang meninggal positif terserang virus corona ditolak pemakamannya. Bahkan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo merasa teriris hatinya tatkala mendengar kabar seperti itu. Ganjar mengaku terkejut dengan peristiwa tersebut. Terlebih saat mengetahui jenazah yang ditolak pemakamannya itu adalah seorang perawat yang bertugas di RSUP Kariadi Semarang.

Selain itu, Ganjar menegaskan bahwa pengurusan jenazah pasien covid-19 sudah dilakukan sesuai prosedur penanganan yang aman baik dari segi agama maupun medis. Hal yang memprihatinkan juga dialami oleh sebagian tenaga medis yang bekerja di Rumah sakit Persahabatan, Jakarta. Mereka para dokter dan perawat yang tinggal di kos-kosan mendapatkan hal yang tidak menyenangkan yaitu diusir dari tempat yang selama ini mereka tinggali secara tiba-tiba. “Sejak Rumah sakit Persahabatan ditetapkan sebagai rujukan pasien Covid, bukan hanya perawat dan dokter, mahasiswa juga diminta untuk tidak kos di situ lagi,” tutur Harif saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (25/3/2020).

Kejadian di atas sangat disesalkan. Ketakutan masyarakat terkesan berlebihan. Hanya karena mereka pasien atau orang-orang yang menangani pasien wabah covid-19 langsung saja dicurigai. Padahal, jika saja mereka lebih bijaksana dalam berfikir dan bertindak, hal-hal seperti di atas mungkin saja bisa dihindari. Seperti kita ketahui bahwa mereka, para Dokter dan tenaga Medis bahkan sampai petugas kebersihan rumah sakit adalah pejuang garda terdepan dalam menangani pasien wabah pandemi ini. Mereka dengan sukarela mempertaruhkan nyawa  di tengah hiruk pikuk penanganan pandemi covid-19 ini.

Salah satunya adalah Minarsih (47), perawat ruang isolasi RSUD Gambiran, Kota Kediri, Jawa Timur. Menurut Minarsih tidak semua perawat mau ditempatkan di ruang isolasi karena resikonya terlalu tinggi. Tetapi, sebagai seorang perawat, dia mengaku tak boleh menolak tugas kemanusiaan apapun resikonya. Termasuk kemungkinan terpapar virus mematikan dari pasien yang di rawat. Namun ironisnya, tugas berat itu tak di imbangi dengan pemenuhan alat pelindung diri (APD) yang memadai. Padahal, setiap saat Minarsih dan teman-temannya berpotensi terpapar virus corona saat berinteraksi di ruang  isolasi. “Kami terpaksa mengurangi intensitas keluar masuk ruang isolasi karena keterbatasan APD, di zona merah APD hanya bisa dipakai sekali dan langsung dibuang,” ujarnya kepada Surya,Jumat (3/4/2020).

Baca Juga:  Aksi Ditengah Pandemi Akibat Negara Abai Terhadap Hak-hak Buruh Pribumi

Dalam Islam, Kesehatan dan keamanan disejajarkan dengan kebutuhan pangan. Ini menunjukkan bahwa kesehatan dan keamanan statusnya sama sebagai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Mengatasi Pandemi tentu tidak bisa diatasi oleh segelintir orang saja. Negara berperan sangat besar dalam menjalankan semua ini. Lockdown atau Social Distancing seharusnya segera dilaksanakan oleh Pemerintahan Pusat jika tidak ingin wabah ini menyebar dengan cepat. Seperti dicontohkan Rasulullah dahulu, “Jika kalian mendengar wabah di suatu wilayah, janganlah kalian memasukinya. Jika wabah terjadi di tempat kalian berada, jangan kalian tinggalkan tempat itu.” (HR. al-Bukhari).

Namun, ketika wabah telah menyebar dalam suatu wilayah seperti sekarang ini, maka Negara wajib menjamin pelayanan kesehatan berupa pengobatan secara gratis untuk seluruh rakyat di wilayah wabah tersebut. Negara harus mendirikan Rumah sakit, Laboratorium pengobatan dan fasilitas lainnya untuk mendukung pelayanan kesehatan agar para tenaga medis bisa berupaya secara maksimal tanpa harus khawatir akan keselamatan dirinya sendiri hingga  wabah segera berakhir. Negara pun wajib menjamin pemenuhan kebutuhan dasar rakyat, khususnya kebutuhan pangan rakyat di wilayah yang terkena wabah tersebut. Adapun orang-orang sehat di luar wilayah yang terkena dampak diberi pengarahan dan pemahaman akan bahaya dan penanganan wabah itu hingga mereka lebih berhati-hati dan tidak perlu merasakan takut yang berlebihan.

Maka, selayaknya umat Islam besegera mengambil sesuatu yang akan membawa pada kebajikan. Yakni dengan bersegera mewujudkan kembali kepemimpinan Islam dengan mengikuti thariqah dakwah Rasulullah Saw, sebagaimana Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.” (TQS. Al-Anfal : 24).

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan