Oleh : Diah Winarni, S.Kom

Separuh perjalanan Ramadan telah dilalui oleh seluruh kaum muslimin di seluruh dunia. Wabah Covid-19 menemani suka cita umat muslim berpuasa, tak ada buka puasa bersama, tarawih maupun tadarus bersama di masjid, surau ataupun mushola. Ramadan kali ini suasana duka menyelimuti seluruh relung sanubari umat Islam sedunia. Riuh rendah suara kemeriahan masjid tak terdengar, entah apa lantunan takbir kemenangan akan terbisukan juga?.

Aturan demi aturan telah dibuat penguasa demi keamanan rakyat, sekalipun begitu banyak kendala dalam kekompakan pengambilan keputusan antara pemerintah pusat dan daerah, namun sejatinya seorang pemimpin menginginkan hal yang terbaik untuk kepentingan rakyatnya, juga selalu dalam kondisi mawas diri dalam stabilitas politik dan ekonomi selama pandemi Covid-19 ini terus berjalan.

Tak ayal, guna memutus rantai penyebaran wabah, banyak kegiatan perkantoran dan pendidikan dihentikan dan dialihkan ke rumah dengan fasilitaa daring, namun tidak bagi pelaku usaha, hingga saat ini banyak pekerja dirumahkan alias usahanya ditutup sejak bulan Maret lalu hingga masa berlakunya karantina dicabut. Hal ini berdampak pada pekerja-pekerja yang dirumahkan tanpa uang saku atau gaji yang menyebabkan banyak kepala keluarga yang kesulitan untuk menafkahi keluarganya di masa pandemi ini.

Baca Juga:  Mahasiswa Buka Suara, Negara Diam Seribu Bahasa

Bantuan yang diharapkan warga nampaknya hanya sebahagian yang didapat, itupun tergantung kepedulian pemimpin daerah, karena pada faktanya negara angkat tangan untuk memberikan bantuan sosial bagi rakyatnya selama pandemi ini berlangsung. Terlihat jelas, keputusan yang tak punya arah, hanya membuat kegaduhan semata seakan akan membuktikan bahwa pemimpin negeri ini tak lagi peduli dengan kemiskinan, kelaparan hingga kematian yang menyapa rakyatnya.

Bukan hanya itu, janji-janji palsu yang tak terealisir kerap terjadi, naiknya tarif dasar listik selama pandemi yg sebelumnya digadang gadang akan diberikan potongan bagi ukuran listrik tertentu, nyatanya hanya isapan jempol belaka. Negeri ini seperti tak punya kendali kepemimpinan yang mencintai dan mengurusi rakyatnya. Mereka bicara tanpa memikirkan perasaan rakyatnya lagi. Sungguh hilang sudah sikap bijaksananya seorang pemimpin.

Baca Juga:  Anies Baswedan, Pemicu Penguatan Kurs Rupiah?

Kini harapan akan mentari mampu membawa wabah korona pergi masih menjadi mimpi jika kepemimpinan yang super galau ini dilanjutkan, entah berapa lama lagi nyawa akan dipertaruhkan karena abainya pemimpin negeri. Entah berapa jiwa lagi saling menyakiti hanya karena berebut bantuan yang tak seberapa, dan itupun tak elok pemberiannya.

Ingatkah kita kisah bagaimana para pemimpin Islam didalam Daulah Islam mengurusi urusan umatnya, Nabi Muhammad SAW telah memberikan qudwah yang jelas, begitu juga para Khulafaur Rasyidin dan masih banyak lagi para sahabat, yang dengan rela meminggirkan urusan pribadi dan keluarganya demi rakyatnya agar sejahtera dan tidak ada yang terzolimi, sesungguhnya mereka paham bahwa para pemimpin yang diserahi wewenang untuk mengurus kemaslahatan rakyat, akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT kelak pada Hari Kiamat, apakah mereka telah mengurus mereka dengan baik atau tidak.

Sebagaimana Nabi Muhammad bersabda :

 “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari).

Kini, koyaknya kepemimpinan kapitalisme telah membuat karut marut kondisi umat, dan kali ini  penguasa tak lagi mau dan mampu melindungi serta menjaga nyawa rakyatnya, mereka asyik dengan wacana dan dagelan janji palsu. Akankah kita terus menyandarkan masa depan negeri ini kepada mereka, rasanya sudah saatnya rakyat menolak kezaliman dan kelalaian pemimpin negeri, dan kembali kepada aturan Allah SWT sebagai solusi kepemimpinan umat yang mampu menjaga nyawa, harga diri serta martabat umat. Semoga fajar kemenangan segera  datang, kita akan melihat bahwa bukan hanya pandemi korona yang pergi tapi sistem yang rusak akan tergantikan dengan sistem Islam yang dirahmati Allah SWT, Allahu Akbar.

* Penulis adalah praktisi pendidikan (Guru) , Tangerang Banten.

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan