Oleh: Ashar Marsa Idris

Tak bisa di pungkiri nasionalisme yang di damba dambakan kini terlihat memang tak bisa apa apa. Sejak lahir nasionalisme di Eropa pada abad ke 19  tahun (1618-1648) bahkan sampai hari. Dimana kemunculannya hadir yg di hadirkan kerajaan karajaan untuk kemudian membela bangsanya terhadap serangan atau ancaman dari pihak luar nyatanya memang hanya sebatas itu saja.

Selain kemudian untuk mempertahankan diri dari serangan luar, nasionalisme  juga lahir dan hadir dari jajahan-jajahan perang atau tumbuh pada saat perang terjadi, pembagian terkait nasionalisme lebih sempit lagi sukuisme dan familiesme.

Semua ikatan tersebut hanyalah bersifat tahayyul. Ikatan tersebut tidak bisa menjadi standar ukur untuk menjadikan peradaban lebih cemerlang. Dengan demikian ikatan semacam ini tidak sesuai dengan ikatan manusia atau fitra manusia. 3 maret 1924. Ummat islam mengalami tahun terpuruknya di muka bumi dan hal yang sama terulang hari ini 96 tahun islam hidup ibarat kehilangan induk. Di pecah belah menjadi beberapa  nation state (Negara bangsa) dan di ikat ideologi nasionalisme pemikiran asing untuk memastiakan ummat tidak bisa bangkit dan bersatu, begitu demikan Strategi musuh-musuh allah terhadap muslim diselurum penjuruh negri.

Mencintai negeri memanglah hal yang wajar  tepi mencintai sesama adalah kewajiban utama sesama. opini kemudian seseorang apabilah mendengar pendapatnya sungguh sangat miris menggambarkan bawah kepedulian sesama muslim di suatu wilayah tidaklah begitu penting, bahkan mendengar saja jawaban dari mereka yang katanya untuk apa kemudian mencapuri urusan negri lain, toh mending urus negri sendiri saja. Belum lagi kemudian ummat yang notabennya beragama islam banyak terlalu mencintai dunia dan berputar-putar dalam kesibukan yang semu yang sia-sia.

Perang suku agama dan ras terjadi di negeri-negeri yang mayoritas muslim menggambarkan bobroknya sistem yang telah memisahkan agama dan kehidupan. (Sekularisme) 

Irosnisnya selain kemudian sistem yang bobroknya ternyata sistem tersebut juga melahirkan pemikiran pemikiran sekularisme, hedonisme dan lain lain sebagainya. di kalangan pemuda-pemuda milenial saat ini, di tambah lagi jauh dari kata beriman. Akhir jaman memang telah di rasakan dan di jumpai. Tak ubahnya kemudian bagaiman terlihat islam kemudian hinakan-hinakan di Tengah-tengah Muslim mayoritas dan dimana Muslim tak bisa apa-apa

Semua ini tersebabkan Nasionalisme yang membatasi gerak kita hanya di negara tempat kita tinggal. Kita dipaksa untuk tak ikut campur dengan konflik yang terjadi di negara sebrang. Sebagai mana yang memang di sabdakan rasulullah Jumlah kalian nanyak tapi bagaikan buih dilautan. begitu banyak tapi tak dapat berbuat apa-apa di tambah lagi pemerintah Bergeming dan menutup mata karna kedekatannya dengan pemimpin pemimpin yang memerangi kaum muslim. Padahal pemimbin adalah pemimpin yang adil dan bertakwa  serta dapat menjadi penolong atau penegak keadilan sebagiman firman allah dalam alquran

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu lakukan.” (QS. Al-Maidah: 8).

 Kontras mengiris hati, Pilu tak sembuh sembuh, luka di mana mana, Saudara seiman teraniaya darahnya begitu murah, Muslim tak bisa apa-apa. Seberapapun obat yang kirimkan tak berbuah penyebuh bagi hati mereka.

Apalah arti bagi mereka persediaan yang di kirim untuknya bagitu banyak, jika setelahnya mereka hanya disiksa, aniaya, di penjara, bahkan diperkoasan, itu tidak akan menjadi obat kebebasan bagi merek,. dimanakah semua lembaga-lembaga Ham itu yang paling toleransi tak ada satupun kata pembelaan dan tindakan pertolongan bahkan Pegiat HAM mendadak bisu tak bersuara.

Disaat Muslim ingin melaksanakan kewajibannya dituduh radikal, mereka yang mengaplikasikan nurani dan aspirasi malah di persekusi, di tuduh anti pancasila padahal yang justu menjadi korban radikal adalah kaum muslim itu sendiri, ditambah lagi di tuduh sebagian pelakunya. Kasus pembatantaian Muslim atau tragedi berdarah  hanya sebagian kecil dari sekian banyak derita ummat islam di dunia. Di India ighaur Palestina, Yaman surya Iran Afganistan  kasimir dll tidak henti hentinya terzalimi  dan di tindas tampa ada perlindungan  Xinjiang sama dengan Palestina, Yaman atau Khasmir, merupakan tanah milik umat Islam yang terjajah. negara negara muslim di penjuru dunia menjadi tambahan alasan dari banyaknya sebab yang mengharuskan untuk  umat ini bersatau untuk kemudian menjadikan jihat sebagi solosinya, karna muslim itu bagaikan satu tubuh apabila sakit bagian tubuhnya maka sakit semualah seluruh tubuhnya.

Baca Juga:  China Akan Buka Pangkalan Militer di Indonesia: Apa Implikasinya Bagi Indonesia?

Hendaknya sebagai kemudian ummat kita bisa menilai kejadian diatas allah menguji persatuan ummat Muslim dengan berbagai kejadian dan masih kah kita menyebut diri kita sebagai ummat nabi Muhammad Saw.

PANDANGAN ISLAM TERHADAP NASIONALISME

Ikatan kebangsaan (nasionalisme) tumbuh di tengah-tengah masyarakat takkala pola pikir manusia mulai merosot. Ikatan ini senang tiasa menimbulkan berbagai pertentangan intern dan merupakan ikatan yang tabiatnya rusak karna tiga hal.

1. Tidak mampu mengikat manusia satu dengan yang lainnya untuk menuju kebangkitan dan kemajuan

2. Ikatannya bersifat emosional selalu di dasarkan pada persamaan yang muncul secara spontan dan naluri mempertahankan diri yaitu membela diri di samping ikatan yang bersifat emosional sangat berpeluang untuk berubah-ubah, sehingga tidak bisa di jadikan ikatan yang langgeng antara manusia satu dengan yang lain.

3. Bersifat temporal yaitu muncul karna membela diri karna datangnya ancaman. Sedangkan dalam keadaan stabil yaitu keadaan normal ikatan ini tidak muncul dengan demikan tidak bisa di jadikan pengikut antara sesama manusia.

Islam mempunyai pandangan tersendiri terhadap Nasionalisme  Beberapa ulama dan toko islam pertama seperti al-maudidi toko islam dari Pakistan (1903) – (1979) menolak nasionalisme tersebut karna beliau pikir produk dan ide barat dapat memecah belah ummat.

Kemudian yang kedua Alimuhammad naqvi dengan ketegasannya menyatakan mengenai islam dan nasionalisme tidak mampu bergerak dan bekerja dengan keserasian, kesesuaian (Kompatibel) sebab saling berlawanan ideologi tersebut, secara ideologi islam mempunyai tujuan menyeluruh  atau kemudian universal tidak berbasis bangunan komoditas nasional. Bahkan dari itu nasionalisme berupa sekularisme memisahkan agama dari kehidupan. Artinya urusan dunia tidak bisa dicampur urusan agama.

Baca Juga:  Hari Perempuan Sedunia, Menistakan Kaum Perempuan

Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani menambahkan nasionalisme sebagi ikatan rendah. Nasionalisme adalah ide absurd. Ia muncul dari nafsu egoisme jahiliah semata. Nasionalisme adalah ikatan emosional atas dasar kesamaan suku/bangsa atau etnik, termasuk tanah air (wathaniyah). Karena itu ikatan nasionalisme dikatakan sebagai ikatan yang rendah.

Islam mengharamkan  ‘ashabiyah (fanatisme golongan) atas dasar kesukuan/kebangsaan (qawmiyah), termasuk tanah air (wathaniyah). Rasulullah saw pernah bersabda, “Siapa saja yang menyerukan ‘ashabiyah (fanatisme golongan) tidak termasuk golongan kami (HR Abu Dawud).

Maka tidak patut kita bangga dengan ashabiyahjahiliah sebab hal tersebut sangat dikecam keras oleh Rasulullah saw.,

“Sungguh hina kaum yang membangga-banggakan nenek moyang mereka; atau mereka itu akan menjadi lebih hina di sisi Allah daripada seekor ju’al (sejenis hewan) yang mengais-ngais sampah dengan menggunakan hidungnya.” (HR Ahmad dan ath-Thabrani).

IKATAN AQIDAH IDEOLIGIS

Disaat carut marutnya sistem yang saat ini terjadi di tengah tengah kau muslim karena ikatan Qaumiyyah (nasionalisme, Sukuisme) hendaknya kita kembali kembali kepada sariat islam dan mengambil ikatan Aqidah islam serta mencampakkan sekularisme yang sejatinya memisahkanu agama dari kehidupan. Sejatinya Ikatan yang hakiki yaitu ikatan akidah yang dapat melahirkan Peraturan hidup menyeluruh dan sebagai pemersatu ummat dan di bangun dengan sistem islam di jalankan dengan syariat khalifaf islamiah, berbagai bangsa suku ataupun ras dapat disatukan dengan satu ikatan aqidah islamiah tersebut.

Iktan aqidah lebih kuat di banding iktan saudarah, ikatan aqidah mencegah perpecahan ummat. Mencegah timbulnya persengketaan pertikaian, mencelah dan lain-lain.

Ikatan tinggi dan sempurna kedudukannya hanyalah Aqidah. ikatan ini lahir dari dasar pemahaman individu individu muslim. terbentuk Wujud dan pemahaman tindakan, sikap dan perilaku perilaku. Banyak hal atau macam macam yang dilakukan individu senantiasa terhubung dengan hukum- hukum islam sehingga semau aktivitas yang dilakukan menjadi nilai ibadah dan senang tiasa diridhoi allah sehingga tercapai aklah mulia.

Hukum sariat yang terkandung dalam islam sudah sangat jelas Maka tak pantaslah kita mencari pembenaran lain di luar hukum syariah hanya karena urusan dan kepentingan dunia semata.

Kalau sudah ta’at kepada aturan Allah, tidak akan Ada lagi sekat sekat yang menjadi pembatas bagi saudara seiman mislim, maka negeri ini akan diliputi keberkahan juga kesejahteraan dari langit dan bumi. Sesungguhnya jalan kebangkitan hanya satu yaitu melanjutkan kembali kehidupan islam dengan menegakkan daulah islam dan hal itu di raih dengan mengambil islam secara total menjadian islam sebagai akidah yang dapat memecahkan masalah ummat.  Inilah satu-satunya jalan menghasilakan kebangkitan dengan mengembang akidah pikiran islam kepada seluruh kaum muslimin untuk kelangsunagan hidup ialam dan meyeberluaskannya kepada seluruh manusia melalui daulah islamiah. Wallahu A’lam Bisshowab.[AR]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan