Nelangsa Kaum Perempuan Terbelenggu Sistem Kapitalis

Nelangsa Kaum Perempuan Terbelenggu Sistem Kapitalis. Foto: Dokumen Penulis

Oleh: Nelly, M.Pd
Aktivis Peduli Perempuan

Sungguh begitu nyata kita saksikan hari ini, nasib kaum perempuan tersandera oleh keadaan yang memaksa mereka untuk hidp dalam kesengsaraan. Fitrahnya tercabut hampir tak tersisa, suka tidak suka mereka harus menjalani kehidupan yang serba sulit. Padahal Allah SWT telah menciptakan perempuan dengan fitrahnya sebagai seorang ibu. Dengannya ia dibebankan amanah langit, yakni menjadi pengatur atas rumah tangganya dan madrasah (sekolah) pertama bagi anak-anaknya.

Namun, faktanya sistem aturan yang diadopsi kita saat ini telah menyeret kaum perempuan untuk berlomba-lomba meninggalkan rumahnya demi turut menopang ekonomi keluarganya. Ide feminisme dan jargon kesetaraan gender yang digaungkan oleh barat ke negeri-negeri kaum muslimin sehingga memaksa kaum hawa untuk ikut dan mengambilnya.

Padahal sejatinya kesetaraan gender dan feminisme yang menginginkan persamaan hak perempuan dengan laki-laki yang terlihat seolah menjadi solusi bagi kaum perempuan padahal kenyataannya justru paham ini yang menjauhkan kaum hawa terhadap fitrahnya.

Lihat saja faktanya himpitan ekonomi yang semakin menjepit menjadikan kaum ibu terpaksa atau bahkan dipaksa untuk bergelut dengan dunia kerja. Suami pun terpaksa mengizinkan bahkan ada juga yang mendorongnya. Alasannya, tidak cukup kalau hanya suami yang bekerja. Wajar, sebab sistem kapitalisme yang negeri ini adopsi telah secara sistemik memiskinkan keluarga.

Dari data Bappenas ada sekitar 9,4 juta jiwa penduduk Indonesia yang masih kategori miskin kronis atau sangat miskin, (16/1/2019). Maka salah satu solusi sistem kapitalis untuk menurunkan kemiskinan dengan membidik  dan memberdayakan perempuan kepala keluarga. Artinya fokus pemerintah adalah bagaimana agar para perempuan berdaya bisa sejajar dengan kaum laki disetor publik.

Tanpa sadar sistem kapitalis justru telah membawa para perempuan untuk dieksploitasi, dimanfaatkan hanya untuk mendokrak ekonomi negara, meninggalkan peran dan fungsinya sebagai ibu dan manager rumah tangganya. Sampai-sampai mereka rela menjadi TKI meninggalkan anak serta suami, dengan berbagai resiko kekerasan bahkan nyawa menjadi taruhannya.

Dari fakta-fakta yang ada jelas, kehidupan kaum hawa dalam sistem kapitalis sekuler tidak akan mendatangkan kebahagiaan apalagi ketentraman hati, yang ada justru kaum hawa nelangsa derita tiada akhir. Maka perlu ada solusi sebuah sistem aturan yang sesuai dengan fitrah seorang ibu, memberikan ketenangan jiwa, dan memberi jaminan kesejahteraan hidup.

Sistem aturan yang akan memberikan kedamaian hidup hanya ada pada sistem Islam. Adapun Islam, yang aturan-aturannya menjamin kesejahteraan hakiki. Islam yang hakekatnya menjaga kemuliaan kaum hawa, justru ditinggalkan. Padahal Islam memberi aturan yang bisa menghentikan hegemoni kapitalisme global yang terbukti telah memiskinkan umat manusia. Islam pula yang akan membersihkan semua kotoran yang memperlemah potensi perlawanan mereka. Dan khusus bagi perempuan, Islamlah yang justru akan memberi mereka kebebasan yang sebenarnya sekaligus memberi mereka penjagaan yang sempurna.

Islam adalah din yang berasal dari Dzat pencipta manusia baik laki-laki dan perempuan, alam dan kehidupan seluruhnya. Dia datang dari Dzat Yang Maha Sempurna, Maha Tahu, Maha Adil dan Maha Bijaksana, yakni Allah SWT.

Islam pula yang telah dan akan memberi mereka kesetaraan hakiki, yakni kesetaraan yang tak sebatas materi/duniawi tapi lebih bersifat ruhiy dan abadi, dimana Islam memberi kesempatan kepada mereka untuk memperoleh derajat kemuliaan tertinggi di sisi Allah SWT dengan menjadi ahli surga sebagaimana juga laki-laki.

Allah SWT telah menetapkan bahwa penciptaan manusia baik laki-laki maupun perempuan adalah dalam kerangka penghambaan dan dengan misi pengelolaan dan lestarinya kehidupan manusia di muka bumi (menjadi khalifah fil ardh). Dengan demikian, dalam pandangan Islam, keduanya memiliki peran yang sama penting yang tak bisa diabaikan satu sama lain.

Baca Juga:  NasDem, PKS dan Demokrat Sebaiknya “Berontak” demi Perubahan

Dalam kerangka itulah aturan-aturan Islam datang, meski adakalanya aturan di antara keduanya sama, dan adakalanya aturan itu berbeda. Sama, ketika perempuan dan laki-laki dilihat dari sisi kemanusiaan yang memang sama. Berbeda ketika perempuan dan laki-laki dilihat dari sisi seksualitas yang memang tak bisa dipungkiri berbeda.

Dengan demikian, apa yang selama ini dituding kaum feminis bahwa aturan Islam mendiskriminasi perempuan adalah salah besar. Mereka hendak berupaya menghapus loyalitas umat Islam terutama kaum perempuan terhadap Islam yang menjadi kunci kemuliaan umat dan mengalihkan loyalitas itu pada paham-paham baat demi mengukuhkan penjajahan.

Akan tetapi upaya mereka tak akan pernah berhasil. Terlebih telah terbukti nyata bahwa apa yang mereka propagandakan justru telah menimbulkan kehancuran. Sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan bahwa peran utama kaum perempuan adalah penjaga generasi, yakni sebagai ibu dan manajer rumahtangga. Sebuah peran yang sangat strategis dan politis bagi sebuah bangsa atau umat. Untuk itu, Allah SWT menetapkan berbagai aturan yang menjaga kaum perempuan dan menjaga kehormatan mereka sehingga posisi strategis itu bisa berjalan sebagaimana seharusnya.

Agar tugas utamanya sebagai pencetak dan penjaga generasi, yakni sebagai ibu dan pengatur rumah tangga berjalan dengan baik dan sempurna, Islam telah memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan dengan menetapkan beban nafkah dan peran sebagi kepala keluarga ada pada pundak suami, bukan pada dirinya. Sehingga dia tidak usah bersusah payah bekerja ke luar rumah dengan menghadapi berbagai resiko sebagaimana yang dialami perempuan-perempuan bekerja dalam sistem kapitalis sekarang ini.

Baca Juga:  'Jokowi Bicara Hilangnya Sopan Santun, Justru Dialah Perusak Sopan Santun'

Bahkan negara akan memfasilitasi para suami untuk mendapatkan kemudahan mencari nafkah dan menindak mereka yang lalai dalam melaksanakan kewajibannya. Juga mewajibkan para wali perempuan untuk menafkahi, jika suami tidak ada. Dan jika pihak-pihak yang berkewajiban menafkahi memang tidak ada, maka negaralah yang akan menjamin pemenuhan kebutuhan para ibu.

Perlindungan dan pemenuhan kesejahteraan perempuan bahkan rakyat secara keseluruhan oleh negara telah banyak dibuktikan dalam sejarah pemerintahan Islam. Bukti-bukti tentang tingginya tingkat kesejahteraan masyarakat di bawah naungan Islampun telah banyak dituliskan. Salah satu contohnya adalah peristiwa pengepungan entitas Yahudi Bani Qainuqa selama 15 hari hingga menyerah kalah oleh pasukan Rasulullah Saw sebagai jawaban atas keberanian mereka melakukan pelecehan terhadap seorang Muslimah di pasar mereka.

Begitupun peristiwa penaklukkan wilayah Amuria oleh tentara khalifah Mu’tashim Billah yang awalnya dipicu oleh peristiwa pelecehan seorang Muslimah oleh penduduk Amuria di wilayah perbatasan. Apa yang dilakukan Khalifah Umar bin Khaththab ra juga menunjukkan bagaimana Islam melindungi dan menjamin kesejahteraan perempuan, bahkan rakyat secara keseluruhan. Beliau yang kekuasaannya sudah melewati batas-batas semenanjung Arabia telah terbiasa melakukan patrol untuk memastikan semua penduduk terpenuhi kebutuhannya.

Beliau bahkan tak ragu memanggul karung berisi gandum demi memenuhi kebutuhan seorang ibu dan anaknya karena kesadaran penuh akan tanggungjawab sebagai kepala negara di sisi Allah SWT. Beliaupun pernah menetapkan kebijakan menggilir pasukan jihad per empat bulan demi mendengar keluhan seorang isteri tentara yang merindukan suaminya.

Sungguh telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa Islam yang direpresentasikan oleh penerapan sistem Islam secara sempurna begitu memuliakan perempuan, menyejahterakan kehidupan mereka, bahkan umat secara keseluruhan. Namun sayang hari ini, akibat tidak diterapkannya sistem Islam kehidupan kaum hawa sangat menderita.

Sesungguhnya kehinaan yang menimpa kaum perempuan dan umat Islam secara keseluruhan pada hari ini tidak perlu terjadi. Mereka punya potensi untuk bangkit kembali menjadi umat yang mulia sebagaimana yang seharusnya, baik potensi geologis dan geografis, yakni berupa sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah ruah, juga potensi ideologis yakni ideologi Islam yang tegak di atas asas yang shahih dan memiliki seperangkat aturan yang dipastikan mampu menyelesaikan seluruh problematika manusia dengan penyelesaian yang sempurna dan memuaskan.

Jika sistem Islam ini diterapkan, maka dipastikan hegemoni kapitalisme yang memiskinkan dan menghinakan perempuan akan bisa ditumbangkan, dan kemuliaan umat termasuk kaum perempuan akan kembali diwujudkan. InsyaAllah.

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan