Penguasa Bermental Pengusaha Lahir Dari Sistem Kapitalisme

Tenaga Medis Covid-19 (Foto: Dokumen Penulis)

Oleh: Dian ( Pemerhati Masyarakat)

Meningkatnya jumlah kasus positif corona, semakin membuat riuh dunia medsos (media sosial) kepanikan begitu cepat menghantui masyarakat ditambah dengan kurangnya alat pelindung diri (APD), kelangkaan masker dan hand sanitizer menjadi langka kalau pun ada harganya melangit.

Menghadapi penyebaran virus corona, penanganan yang dilakukan oleh penguasa terkesan tak serius. Berbagai kebijakan plin-plan menunjukkan bahwa pemerintah tak peduli ribuan nyawa yang terjangkit corona dan puluhan nyawa lainnya yang sudah melayang.

Dialansir JPNN.com Bogor – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa Indonesia punya peluang untuk menyuplai alat pelindung diri (APD) dan hand sanitizer bagi negara lain yang tengah dilanda pandemi virus corona. Alasannya, Indonesia punya pabrik dan infrastruktur untuk memproduksi barang yang di butuhkan dunia.

Mantan direktur pelaksana World Bank menambahkan, negara-negara dunia saat ini sangat membutuhkan APD, test kit Covid-19, dan Ventilator. Sri Mulyani mengatakan, untuk menjaga rantai pasok akan produk itu.

Dana Moneter Internasional (IMF) dan World Bank akan memberikan dukungan agar perusahaan yang bisa menghasilkan APD bisa mendapatkan prioritas sokongan. Sehingga menjadi salah satu kesempatan Indonesia menjadi penyuplai alat kesehatan seluruh dunia, karena beberapa pelindung diri Indonesia memiliki kapasitas untuk menyuplai, termasuk hand sanitizer dan lain-lain, kata dia.(https://m.jpnn.com/news/corona-merajalela-bu-menkeu-sebut-indonesia-bisa-jadi-pemasok-apd-bagi-dunia)

Sungguh miris kebijakan yang diambil oleh pemerintah di tengah wabah semakin meluas dan membutuhkan alat-alat penanganan wabah. Namun pemerintah yang bermental pengusaha malah mendorong Indonesia mengambil peluang menjadi produsen, untuk mengekspor beberapa alat pelindung diri (APD), ketimbang mempersiapkan stok untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya dalam menangani wabah saat ini.

Mengganasnya wabah corona ini tidak menjadikan pemerintah peka dan peduli terhadap nyawa rakyatnya. Banyaknya korban meninggal dari tenaga kesehatan, di sebabkan minimnya alat pelindung diri (APD) yang memadai. Bahkan keluhan dari tenaga kesehatan tak pernah diindahkan. Tidak sedikit rumah sakit dan klinik yang justru membuka donasi untuk menerima sumbangan berupa APD, hand sanitizer, dan lain-lain untuk penanganan di rumah sakit dan klinik-klinik.

Selain itu pemerintah mengakui kelemahannya yang tidak bisa menyetop komitmen ekspor (APD) ke Korea Selatan misalnya, meskipun di dalam negeri membutuhkan namun produksinya yang lebih diprioritaskan untuk di ekspor yang akan mendatangkan devisa.

Semakin membuktikan bahwa sistem kapitalis hanya memprioritaskan keuntungan ketimbang keselamatan rakyat. Pemerintah tidak berposisi riayah, tapi lebih menempatkan diri sebagai pebisnis yang melihat dengan kaca mata untung rugi.

Maka sangatlah wajar jika hubungan antara pemerintah dengan rakyat seperti hubungan antara penjual dan pembeli, begitulah watak penguasa kapitalisme. Mereka tak peduli dengan nyawa yang melayang  akibat penanganan yang tidak serius dari pemerintah, karena mereka berhitung untung rugi ketika hendak mengambil kebijakan. Penyelamatan nyawa ataukah penyelamatan ekonomi?

Analisis mereka begitu tajam bila menyangkut pendapatan dan devisa, tetapi pelit bila harus menanggung biaya rakyat. Tak heran jika penyebaran virus ini sangat cepat dan semakin parah dengan tidak adanya lockdown. Banyaknya masalah yang timbul akibat salah kebijakan yang di ambil negara semakin membuat penderitaan terhadap rakyat bertambah. Kebijakan dalam sistem kapitalis sangat berbeda dengan kebijakan dalam sistem Islam.

Wabah ini tidak akan semakin melebar dan bisa diatasi sejak awal dari kemunculannya jika kembali kepada sistem Islam. Karena Islam telah mencontohkan cara penanganan wabah sehingga tidak sampai terjadi pandemik. Ketika terjadi wabah di sebuah wilayah, maka harus dipastikan betul daerah mana yang perlu di tutup. Daerah mana saja yang perlu di waspadai, dan daerah mana yang masih dapat aktif.

Dalam Islam tidak berlaku konsep negara bangsa dan budaya setempat sehingga ada alasan untuk berbeda kebijakan. Kebijakan tersentralisasi di tangan kepala negara (Khalifah) meskipun wilayahnya terbentang di mana-mana.

Dalam Islam negara menelusuri wilayah yang menyebabkan kemunculan virus, kemudian menutup segala akses yang dapat membuat penyebaran meluas. Yakni lockdown. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw; ” Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah maka janganlah kalian memasukinya, tapi jika wabah itu di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu”.(HR. Bukhari)

Negara menjalankan kewajiban untuk melayani rakyat, menjamin pelayanan kesehatan berupa pengobatan dan obat secara gratis untuk seluruh rakyat dan mendirikan rumah sakit beserta laboratorium pengecekan dan pengobatan.

Baca Juga:  Melepas Napi Saat pandemi

Islam menjamin ketersediaan alat pelindung diri (APD) yang memenuhi standar kesehatan untuk para tenaga medis, hal ini penting, agar tenaga medis yang berinteraksi langsung dengan pasien dapat melindungi diri.

Negara Islam memberikan edukasi dan informasi yang benar terkait virus ini pada masyarakat agar tak dianggap remeh. Memberikan edukasi terkait apa saja yang perlu di beli dan tidak, agar masyarakat tidak melakukan pembelian berlebihan yang justru akan melangkakan stok yang diperlukan oleh negara nantinya untuk penanganan.

Islam menjamin pemenuhan kebutuhan pokok bagi warga dan menjaga akidah umat agar keimanan dan ketakwaan tetap terwujud. Sehingga paham bahwa ketika berdiam di wilayahnya, akan mendapat pahala dari Allah SWT.

Itulah Islam dalam menangani wabah berbeda dengan sistem kapitalis yang menerapkan kebijakan yang hanya menyengsarakan rakyat. Dengan demikian sudah seharusnya rakyat sadar bahwa sistem yang di terapkan saat ini hanyalah sistem yang hanya meraup keuntungan semata, tanpa memikirkan rakyatnya. Maka sudah saatnya kita kembali pada sistem Islam yang sudah terbukti penerapannya. Wallahu a’lam bish-shawab.

*Tulisan ini adalah ‘Surat Pembaca atau Opini‘ kiriman dari pembaca. IDTODAY.CO tidak bertanggung jawab terhadap isi, foto maupun dampak yang timbul dari tulisan ini. Mulai menulis sekarang.

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan