Soal Bom Bunuh Diri, KPAI Ingatkan Ortu Cegah Informasi Tak Layak Bagi Anak

polisi bersenjata lengkap masih berjaga di beberapa titik untuk menaterilkan lokasi hingga radius ratusan meter dari TKP bom bunuh diri di Katedral Makassar. Foto/Muchtamir Zaide/SINDOnews

IDTODAY.CO – Kepala Divisi Pengawasan, Monitoring dan Evaluasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Jasra Putra menyoroti banyaknya pemberitaan yang berseliweran di media terkait bom bunuh diri di Makassar pada Minggu (28/3/2021) pagi.

Menurutnya, situasi tersebut mendesak orang tua untuk berperan aktif memberikan pengawasan kepada anak-anaknya demi menghindari tontonan yang tidak layak mereka konsumsi.

Baca Juga: Demi Punya Anak Lagi Setelah Keguguran, Perempuan Ini Minta Suaminya Nikahi Babysitter

“Yang membawa anak dalam perlakuan salah dan mengancam jiwanya seperti dalam saling persekusi, kekerasan gender berbasis online, bahkan menjadi berhadapan hukum Untuk itu orang tua sebagai yang terdekat anak sangat penting mendampingi dan menghadirkan diskusi itu di dalam ruang keluarga,” kata Jasra di Jakarta, sebagaimana dikutip dari Okezone.com, Senin (29/3/2021).

Apalagi trennya sekarang, lanjut Jasra, anak-anak mempunyai lebih dari satu akun di media sosialnya. Bayangkan bila semua akun itu mengundang reaksi anak. Untuk itu, sejak dini Undang Undang Perlindungan Anak mengingatkan bahwa dalam situasi seperti ini, anak-anak tidak boleh dibiarkan tanpa perlindungan jiwa, sebagaimana dalam Pasal 76H.

Harusnya anak-anak mendapatkan informasi yang layak, yang menempatkan mereka dalam tumbuh kembang yang maksimal.

“Membangun edukasi yang lebih dominan pada kepekaan nilai nilai kemanusiaan. Karena kebutuhan mereka yang besar dalam tumbuh kembangnya. Menprasyaratkan kondisi dorongan dan intervensi yang bertujuan baik. Jangan sampai kebutuhan besar itu, dipenuhi reaksi yang berujung mengancam jiwanya,” ucap dia.

Baca Juga: Durhaka! Ngaku Kuliah di Oxford Demi Gaya Hidup Glamor, Wanita Ini Tega Tipu Ibunya Sendiri

Peredaran foto, video, pernyataan, yang tidak layak massif beredar di media sosial, bahkan berita tersebut diproduksi lagi, tidak sesuai realita, menjadi ancaman tersendiri terhadap masa depan anak dalam menyikapi permasalahan di masa yang akan datang.

“Akhirnya menjadikan anak-anak lebih bertumbuh ke arah penyebaran kebencian ke orang lain, bahkan ke teman-temannya sendiri yang ikut menyikapinya,” imbuhnya.

Jasra mengingatkan, jangan sampai anak-anak digiring dalam konflik tak berkesudahan. Untuk itu berbagai pihak seperti keluarga, sekolah, tempat tempat pembelajaran di masyarakat, serta rumah ibadah, punya tugas menjelaskan kembali secara baik dalam kegiatannya, seperti mengajak anak-anak bersikap tenang, mendoakan para korban, juga mengajarkan nilai-nilai yang dipegang bangsa Indonesia dalam hidup bersama, seperti yang terkandung pada nilai nilai keragaman Pancasila.

“Bahwa pemerintah kita sedang bekerja dan mengungkap peristiwa. Agar mereka teredukasi dan belajar merespon peristiwa pertistiwa ke depan dengan lebih baik,” urai Jasra

Demikian juga tidak kalah penting, pembiasaan terhadap anak untuk mengenal kata maaf dalam setiap situasi yang menyulut emosi mereka.

“Karena bila dibiarkan akan menjadi reaksi yang berlebihan dan tidak pada tempatnya. Terutama di media sosial yang bisa menyebabkan terlibat pembicaraan yang cenderung menyesatkan dan dapat merugikan jiwanya,” jelasnya.

Jasra kemudian meminta berbagai pihak untuk bisa mendamaikan dan meredam semua gejolak demi tidak adanya warisan trauma kepada para generasi bangsa. Bahkan sebaliknya, generasi muda harus diajarkan sikap menumbuhkan rasa kasih sayang sebagai fitrah manusia yang dianugerahkan sang pencipta kepada setiap anak Indonesia.

“Sikap-sikap yang menumbuhkan kepekaan kemanusiaan harus lebih dominan dimunculkan orang tua dibanding sikap lainnya. Guna mengedukasi dalam memutus mata rantai kekerasan,” pungkasnya.

Baca Juga: Sambil Terisak, Driver Ojol Sujud Syukur di Depan Motornya yang Digondol Maling

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan