IDTODAY.CO – Wacana reshuffle kabinet semakin hangat sekaitan dengan rencana peleburan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) serta dibentuknya Kementerian Investasi.

Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Indonesia (HMPI) menilai ada plus minusnya.

“Plusnya adalah pendidikan itu memang sudah jelas memiliki tingkatan dari pendidikan usia dini sampai pendidikan tinggi,” ucap Ketua Umum HMPI, Andi Fajar Asti, Kamis (15/4).

Menurut Fajar, sangat mengherankan jika Presiden Jokowi memisahkan ruh pendidikan sekolah dengan pendidikan tinggi.

“Kurikulum itu harus berkelanjutan, bukan malah memindahkan badan dengan kepala,” sambungnya.

Namun demikian, merger Kemendikbud dan pendidikan tinggi harus berbarengan dengan reshuffle kabinet.

“Nadiem Makarim harus legowo melepas jabatan menteri karena kewalahan mengelola pendidikan dan Jokowi harus memaksa muhammadiyah menghibahkan kader terbaiknya,” katanya.

“HMPI merekomendasikan sekretaris umum PP Muhammadiyah, Prof. Abdul Mu’ti yang sebelumnya menolak jadi wakil mendikbud sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan periode 2021-2024 untuk memperpaiki kembali sistem pengelolaan pendidikan yang lebih berkemajuan,” tambah Fajar.

Menurut Fajar, pendidikan Indonesia saat ini jalan di tempat karena sosok Nadiem Makarim tidak memiliki visi besar dan bahkan mengalami penurunan kualitas.

Dikatakan Fajar, berdasarkan sumber Global Talent Competitiveness Index (GTCI), di ASEAN, Singapura menempati peringkat pertama dengan skor 77,27. Peringkat berikutnya adalah Malaysia (58,62), Brunei Darussalam (49,91), dan Filipina (40,94). Sementara Indonesia ada di posisi keenam dengan skor 38,61.

“Mari selamatkan ruh pendidikan Indonesia melalui merger dan reshuffle menteri Nadiem Makarim,” tandas Fajar.

Baca Juga: Musni Umar, Tiba-tiba Bela Wapres Maruf Amin: Rakyat Bisa Marah

Sumber: pojoksatu.id

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan