IDTODAY.CO – Bupati Bogor Ade Yasin mengatakan bahwa dirinya merasa malu dan kecewa karena bansos beras yang diterima masyarakat tak sesuai standar. Hal itu disampaikan Ade saat rapat bersama jajarannya terkait bantuan sosial (bansos) beras ke masyarakat selama pandemi COVID-19.

“Ini yang mengecewakan kita tentunya ya, walaupun kita bekerja sama dengan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dan kita percaya, kita percaya dengan BUMN tapi kenyataannya sepanjang pengiriman, setelah pengiriman memang tidak semuanya. Tapi dari sebagian itu pasti ada (beras) yang jelek,” kata Ade Yasin, di Pendopo Bupati Bogor, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jumat (3/7). Seperti dikutip dari detik.com (03/07/2020).

Baca Juga:  Heboh, Anies Ambil Alih Komando Perang Lawan Corona Dipuji Dunia, Netizen: Dunia Mana?

“Ini kan terus terang saja saya malu, gitu. Secara pribadi saya malu sebagai Bupati Bogor saya malu karena anggaran yang kita keluarkan tidak sedikit,” lanjutnya.

Banyak masyarakat yang protes karena kualitas bansos beras yang dibeli dari Bulog adalah beras campuran dan bewarna kehitaman. Di tiap 1 truk pengiriman, Ade memperkirakan ada sekitar 30-40 persen beras rusak.

“Bahkan ada beras yang tahun 2019 masih dicampur dengan yang baru. Yang impor bahkan dari tahun 2018. Sehingga beras tersebut berdebu, dan bahkan warnanya yang sudah hitam,” terang Ade.

Baca Juga:  Klaim Indonesia Tidak Masuk 10 Besar Corona, Presiden Jokowi Diminta Hati-hati

A juga menyebutkan bahwa masyarakat kerap membully Pemkab Bogor terkait bansos beras 30 kilogram yang dikirimkan selama 3 bulan. Dia pun tidak ingin bansos beras yang akan diterima warga kembali bermasalah.

“Kalau masih baru mungkin orang masih maklum, mungkin bupati tidak kontrol. Tetapi kalau kedua kali, ketiga kali (masyarakat menerima beras tak sesuai kualitas) dan sebagainya juga, ini bupati bukan tidak kontrol, ini bodoh, gitu. Sudah tau jelek tapi masih dipaksakan untuk kirim,” ujarnya.

Selanjutnya, Ade meminta agar hal ini tidak terulang lagi. Ia juga berharap agar bansos diperbaiki sehingga masyarakat bisa menerima beras sesuai kualitas.

“Jadi jangan lagi terulang ada beras contohnya bagus tetapi di lapangan ternyata mengecewakan. Dan kita juga tidak mau juga terima beras 2018, sekarang sudah 2020. Jadi kita mau beli beras dari 2020, beras bagus, gitu, kualitas bagus dan layak makan,” tandas Ade.[detik/aks/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan