IDTODAY.CO – Dian Sastro menceritakan awal mula perjalanan spiritualnya menjadi seorang mualaf. Dian memiliki Islam sebagai pelabuhan Terakhir meskipun memiliki kedua orang tua yang saling berbeda agama.

Kisah spiritual tersebut disampaikan Dian Sastro kepada Daniel Mananta dalam program Daniel Tetangga Kamu di kanal Youtube Daniel Mananta Network, Minggu (2/5/2021).

Baca Juga: Satgas Penyekatan Temukan Uang Tunai Rp2,1 Miliar Saat Periksa Mobil di Exit Tol Ngawi

Dalam video yang berdurasi sekitar 1 jam 50 menit ini, Dian Sastro bercerita mengenai dua orang tuanya yang memiliki agama berbeda. Ibunda Dian merupakan penganut Katolik sementara Ayah  penganut Buddha.

Pemeran Cinta dalam Film Ada Apa Dengan Cinta tersebut diwaktu kecil merupakan penganut Katolik dan sempat belajar banyak agama sebelum akhirnya menganut Islam.

Baginya sosok almarhum Ayah sangat nyentrik. Ia merupakan penganut Buddha Nichiren Indonesia yang taat. Setiap pagi selalu ada ritual doa yang dilakukan selama sejam menggunakan bahasa jepang dan alat seperti canting.

“Kalau sembahyang Buddhanya itu dia (Ayahnya) pakai bahasa Jepang gitu. Ada kayak tasbihnya, dia harus bersila berdoa dengan bahasa Jepang dan menggunakan kayak canting gitu,” curhatnya dari Kompas TV.

Dian juga menjelaskan, Ayah merupakan lelaki kelahiran Jawa Muslim yang pada akhirnya ketika dewasa menemukan kepercayaannya sendiri di Buddha. Bahkan terhitung sebagai penganut Buddha yang sangat taat, seperti Biksu.

“Dia tuh menjalani hidup tuh udah kayak Biksu, yang gak minum minuman keras sama sekali, ga ngerokok, kadang-kadang gak mau makan daging,” tuturnya.

Bahkan karena hampir setiap hari Ayah tidak pernah absen melakukan ritual, Dian kecil pernah menanyakan mengenai pekerjaan sang Ayah. Hal itu dikemukakannya setelah melihat rata-rata pekerjaan Ayah teman-temannya yang perlu pergi ke kantor. Sementara, Ayah Dian hanya sibuk meditasi dan melakukan kegiatan spiritual setiap pagi.

“Trus saking biksunya, sampai gue tuh sebagai anak kecil SD tuh ngeliat Bapak di rumah melulu pakai sarung. Bapak kerjanya ngapain sih?,” ungkapnya.

Hal tersebut sempat juga membuat Dian berada dititik minim kadar hormat kepada Ayah. Hingga kemudian semuanya berubah ketika Ariawan Rusdianto Sastrowardoyo, Ayah Dian meninggal dunia. Saat itu, Dian masih berusia sekitar 13 tahun. Ada penyesalan yang hadir dan itulah awal mula Dian memiliki semangat untuk belajar banyak tentang filsafat termasuk pencarian mengenai kepercayaan yang harus dianutnya.

Dian mengaku pernah menjalani spiritual turis atau mempelajari banyak agama saat berusia 17 tahun. Diusia tersebut bertepatan dengan keinginan dirinya untuk mencari agama untuk diri sendiri seperti Ayahnya dulu. Pada saat itu, ada satu pertanyaan yang ingin Dian dapatkan jawabannya sesuai dengan yang diharapkan.

Baca Juga: Wah, Rumah Ini Hanya Dibandrol Rp17 Ribu, Kok Bisa?

“Kalau alam semesta ini gede banget, dan manusia itu hanya segelintir debu, kenapa kita itu harus ada? Kalau pada akhirnya, toh, akan kiamat juga,” terang Dian.

Dian Sastro akhirnya menemukan jawaban tersebut ketika mengikuti tantenya ke sebuah pengajian. Jawaban yang dia dapatkan dari seorang Ustadz sangat logis, bahkan membuatnya sanggup memenuhi syarat salat lima waktu yang diajukan oleh Ustadz tersebut untuk bisa mengajari Dian lebih jauh.

Dian mensyukuri pilihannya memilih Islam didukung suportif oleh Dewi Parwati Setyorini, Ibundanya. Ibu hanya berpesan kepada Dian agar taat dan jangan mengkuti orang.

Dian Sastro mengatakan bahwa agama itu bersifat personal dan tidak harus ikut-ikutan orang lain. Bahkan ibunya sangat terharu ketika Dian Sastro mampu menghantarkan Alquran sebelum menikah.

Pemeran Ibu Kartini dalam film karya Hanung Bramantyo ini, senantiasa berupaya keras untuk bisa menghatamkan Alquran dengan mengikuti kelompok tadarus. Bian juga pernah membaca arti Alquran sampai khatam sebagaimana dia membaca novel.

“Wow, kok bagian ini kayak lagi ngomong ama gue,” pungkasnya.

Sampai saat, Dian Sastro masih tinggal bersama ibunya yang berbeda keyakinan dengan toleransi yang amat tinggi. Mereka berdua akan saling membantu ketika ada ada perayaan di Agamanya masing-masing, seperti paskah ataupun pengajian.

Baca Juga: Allah Karim, Hampir Tiap Minggu Mualaf di Spanyol

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan