Pertama Kali, Ekonomi Minus 5,32 persen Sejak 1998

LUSTRASI IHSG (Foto: Fedrik Tarigan/Jawa Pos)

IDTODAY.CO – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua tahun ini mengalami pertumbuhan terendah sejak krisis 1998 silam. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi hingga minus 5,32 persen.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sektor transportasi dan pergudangan mengalami pertumbuhan minus hingga 30,84 persen. Sektor transportasi jadi lapangan usaha yang termasuk dalam 17 sektor lapangan yang mengalami minus paling memprihatinkan.

Suhariyanto mengatakan, ambruknya pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan disebabkan berbagai pembatasan aktivitas. Mulai dari imbauan work from home sampai larangan mudik Lebaran pada Mei lalu.

Disisi lain, aktivitas kargo untuk pengiriman barang juga mengalami penurunan. “Kalau dilihat, yang paling terpukul adalah transportasi udara. Tapi kontraksi terjadi pada semua sektor transportasi,” kata Suhariyanto dalam konferensi pers, sebagaimana dikutip dari Republika.co.id, Rabu (5/8).

Sementara itu, catatan BPS pada kuartal II 2020 menunjukkan bahwa angkutan udara  mengalami kontraksi hingga minus 80,23 persen. Selanjutnya diikuti angkutan rel minus 63,75 persen, pergudangan dan jasa penunjang angkutan pos dan kurir minus 38,69 persen, serta angkutan sungai danau dan penyeberangan minus 26,66 persen. Sedangkan angkutan darat turut minus 17,65 persen dan angkutan laut minus 17,48 persen.

Suhariyanto mengatakan, akibat kontraksi yang terjadi pada semua lini transportasi, sektor transportasi dan pergudangan menjadi sumber kontraksi tertinggi pertumbuhan ekonomi dari sisi lapangan usaha. Yakni menyumbang kontraksi hingga minus 1,29 persen.

Lebih lanjut, Suhariyanto berharap semua pihak optimistis pertumbuhan ekonomi kembali membaik pada kuartal III 2020. Diapun mengatakan perbaikan ekonomi terbuka lebar karena geliatnya sudah mulai berjalan pada akhir kuartal II atau bulan Juni 2020.

“Awal Juni sudah ada geliat dibanding Mei meski masih jauh dari kata normal. Kita harus bergandengan tangan, optimistis agar (ekonomi) semakin bergerak,” kata Suhariyanto.[repubika/brz/nu]

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan