Santri Tahfidz Tewas Kecelakaan saat Akan Mengajar Ngaji, Wajahnya Laksana Orang Tertidur Lelap

Pemakaman santri penghafal Alquran Muammar Ashraf Ahmad Fairuz di area Permakaman Islam Sungai Karang, Kuantan, Pahang, Malaysia. (Foto Harian Metro)

IDTODAY.CO – Seorang santri penghafal Alquran di Malaysia harus menemui Rab-Nya di usia muda lantaran menjadi korban kecelakaan lalu lintas ketika berangkat mengajar ngaji. Uniknya, wajah hafiz tersebut terlihat sangat tenang dan cerah.

Wajah hafiz bernama lengkap Muammar Ashraf Ahmad Faizul (21), terlihat berbeda dari korban kecelakaan lalu lintas pada umumnya.

Baca Juga: Ribuan Burung Kakatua Datangi Kota, Warga Sekitar Dibuat Ketakutan

Kesaksian tersebut disampaikan langsung oleh ayahnya Muammar, Datuk Ahmad Faizul Ghazali. Dia melihat wajah Muammar layaknya orang yang sedang tertidur pulas, ketika memandikan jenazah anaknya tersebut.

Jenazah Muammar dimakamkan di Pemakaman Islam Sungai Karang, Kuantan, Pahang, Malaysia, Jumat 17 Juli 2020. Dilansir dari Harian Metro, Rabu (15/7/2020), permakaman dipimpin ulama dari Suriah, Syeikh Mustofa Zaidan.

Ribuan pelayat mengantar jenazah Muammar ke peristirahatan terakhirnya, termasuk guru, teman sekelas, keluarga hingga warga lokal sekitarnya.

Sementara itu, Datuk Ahmad Faizul Ghazali mengatakan, anak ketiga dari sembilan bersaudara ini merupakan santri tahfiz Quran, memiliki sifat saleh semasa hidupnya.

“Bukan tujuan saya untuk membanggakan sifat anak kepada khalayak, karena semua orang memiliki kebaikan mereka sendiri-sendiri. Ini lebih merupakan inspirasi, dakwah dan contoh,” ujarnya.

Ghazali mengatakan, anaknya juga tidak pernah melewatkan salat malam. Muammar rajin bangun di persetiga malam untuk menunaikan salat Tahajud, salat Hajat bahkan salat Taubat.

Baca Juga: Boyong Lamborghini Pakai Bitcoin, Pria Ini Jadi yang Pertama di Asia

Selain itu, Muammar merupakan sosok yang penyayang kepada siapa saja. Bahkan, dia sering berteman dengan orang yang sering dianggap sebelah mata atau diremehkan. Hal ini sebagai bentuk dukungannya terhadap sesama manusia

Ghazali juga menceritakan, sehari sebelum kepergian anaknya dia mendapatkan firasat bahwa ada yang janggal. Muammar minta diadakan acara ulang tahun walau tanggal lahirnya 7 Agustus.

“Dia mendesak kami agar dibuat lebih awal. Katanya dia tidak sempat kalau acara tersebut dibuat pas hari ulang tahunnya. Pada malam itu, dia bilang kue itu yang terakhir dia makan, setelah ini tidak dapat makan lagi,” urainya.

Besoknya lagi, Muammar sudah harus pulang untuk selamanya ketika mengalami kecelakaan lalu lintas saat pergi mengajar ngaji.

“Motor yang dinaikinya bertabrakan dengan sebuah kendaraan, hingga menyebabkan bahunya patah dan kepala luka parah,” terangnya.

Baca Juga: Memprihatinkan, Tidak Punya Rumah Untuk Tempat Tinggal, Pedagang Nanas Terpaksa Bawa Anak dan Istri Berjualan

Tulis Komentar Anda di Sini

Iklan